REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Senat mengukuhkan Ketanji Brown Jackson sebagai hakim Mahkamah Agung (MA) pada Kamis (7/4/2022). Dia menjadi hakim perempuan kulit hitam pertama yang menjabat di lembaga tinggi Amerika Serikat (AS) itu.
"Ini adalah hari yang sangat bersejarah di Gedung Putih dan di negara ini. Dan ini adalah pemenuhan janji yang dibuat presiden kepada negara," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki setelah pemungutan suara.
Wakil Presiden AS Kamal Harris mengumumkan penghitungan, berhenti dengan emosi, dan anggota Partai Demokrat meletus dengan tepuk tangan dan sorak-sorai yang keras. Segelintir Republikan tinggal dan bertepuk tangan, tetapi sebagian besar saat itu telah pergi.
Hakim pengadilan banding berusia 51 tahun dengan pengalaman sembilan tahun di bangku federal ini dikonfirmasi sebagai hakim MA dengan perolehan suara 53-47. Dia akan mengambil kursinya di MA ketika Hakim Stephen Breyer pensiun pada musim panas tahun ini. Kehadirannya nanti akan memperkuat sayap liberal yang didominasi konservatif dengan keberadaan hakim 6 banding 3.
Jackson akan menjadi hakim kulit hitam ketiga setelah Thurgood Marshall dan Clarence Thomas dan wanita keenam. Dia akan bergabung dengan tiga wanita lainnya, Sonia Sotomayor, Elena Kagan, dan Amy Coney Barrett. Artinya empat dari sembilan hakim akan adalah perempuan untuk pertama kali dalam sejarah.
Presiden AS Joe Biden mengatakan di Twitter usai pemungutan suara Senat, keputusan itu telah mengambil langkah lain untuk membuat pengadilan tertinggi yang mencerminkan keragaman AS. Jackson bergabung dengan Biden di Gedung Putih untuk menyaksikan pemungutan suara, merangkul saat pengumuman hasil itu.
Selama empat hari sidang Senat pada bulan lalu, Jackson berbicara tentang perjuangan orang tuanya melalui pemisahan rasial. Dia mengatakan jalannya lebih jelas daripada orang tuanya sebagai orang kulit hitam Amerika usai berlakunya undang-undang hak-hak sipil.
Jackson mengatakan kepada para senator bahwa akan menerapkan hukum tanpa rasa takut atau bantuan. Dia berjanji mendorong kembali ke ragunan Partai Republik yang menggambarkannya sebagai sosok terlalu lunak terhadap penjahat yang telah dihukum.