REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Wakil Sekretaris Jenderal untuk Urusan Kemanusiaan dan Darurat Perserikatan Bangsa (PBB) Martin Griffiths mengatakan, merasa pesimistis tentang gencatan senjata untuk menghentikan pertempuran di Ukraina, Kamis (7/4/2022). Dia telah mencoba melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
"Saya pikir itu tidak akan mudah karena kedua belah pihak, seperti yang saya tahu sekarang ... memiliki sedikit kepercayaan satu sama lain. Saya tidak optimis,” ujar Griffiths.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengirim Griffiths ke ibu kota Rusia dan Ukraina untuk menjajaki kemungkinan gencatan senjata. Menghentikan serangan akan memungkinkan bantuan yang sangat dibutuhkan ke Ukraina dan berpotensi meletakkan dasar bagi pembicaraan yang bertujuan untuk mengakhiri perang.
Griffiths mengatakan tujuan tersebut masih jauh dari yang diharapkan. "Jelas, kita semua ingin itu terjadi. Namun seperti yang Anda tahu, Anda mengerti, itu tidak akan segera terjadi," katanya.
Tanpa gencatan senjata penuh, Griffiths mengatakan, dia sedang mencari cara untuk membangun kepercayaan di kedua belah pihak dan fokus pada tujuan yang lebih kecil. Dia fokus kepada membangun gencatan senjata lokal di beberapa bagian negara dan menciptakan koridor kemanusiaan yang memungkinkan warga sipil untuk melarikan diri dari pertempuran.
"Perang ini tidak akan berhenti besok. Di mana kita sedikit lebih dekat adalah untuk mendapatkan pemahaman dari kedua belah pihak ... tentang apa yang akan mempengaruhi gencatan senjata lokal. Ada banyak bagian Ukraina di mana kita dapat dalam esok hari. Gencatan senjata lokal, yang didefinisikan dalam geografi dan waktu," ujar Griffiths.
Griffiths menyatakan pasokan bantuan mulai mengalir ke beberapa bagian yang lebih sulit dijangkau di negara itu. Pasukan Rusia juga telah ditarik dari beberapa bagian Ukraina, khususnya di sekitar Kiev.
Menurut Griffiths, gencatan senjata lokal masih bisa terjadi yang menunjukan kemajuan bahkan di daerah-daerah tanpa pertempuran yang sedang berlangsung. Mereka mengharuskan pasukan tidak bergerak dan karenanya tidak dapat berkumpul kembali di tempat lain.
Kelompok bantuan telah berjuang untuk mendapatkan pasokan bagi orang-orang yang membutuhkan. Selama seminggu terakhir, anggota konvoi Palang Merah dicegah mencapai kota Mariupol untuk membantu mengevakuasi konvoi warga sipil.
Griffiths berharap untuk melakukan perjalanan ke Turki dalam satu atau dua minggu ke depan. Perjalanan ini untuk pembicaraan lebih lanjut yang bertujuan mencapai gencatan senjata. Negara yang berbagi pantai Laut Hitam dengan Rusia dan Ukraina ini mempertahankan hubungan dengan keduanya dan telah memposisikan dirinya sebagai perantara untuk negosiasi damai.
Rencana selanjutnya, Griffiths juga berharap untuk kembali ke Moskow dan menandai kunjungan terakhirnya sebagai putaran pertama pembicaraan. "Dengar, saya sudah terbiasa dengan gagasan bahwa gencatan senjata, yang menjadi tugas saya untuk coba dan capai, membutuhkan waktu," katanya.
Rusia melancarkan serangannya ke Ukraina lebih dari enam minggu lalu, pada 24 Februari. Pertempuran itu telah membuat jutaan orang mengungsi di dalam negeri dan mendorong lebih dari empat juta warga Ukraina untuk mencari perlindungan di luar negeri.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB telah mencatat lebih dari 1.400 warga sipil tewas dalam pertempuran itu, meskipun jumlah kematian sebenarnya pasti lebih tinggi. Perwakilan kedua negara telah mengadakan sejumlah pertemuan melalui tautan video dan secara langsung, tetapi diskusi itu belum mengakhiri pertempuran