Muhasabah Cinta
Red: Fernan Rahadi
Muhasabah cinta (iilustrasi) | Foto:
Oleh : Erik Hadi Saputra*
REPUBLIKA.CO.ID, Pembaca yang kreatif, ada satu inspirasi yang bisa didapatkan dari vokalis grup nasyid Edcoustic kang Aden yang telah mendahului kita. Saya teringat lirik lagu Muhasabah Cinta yang begitu mendalam. Saya yakin lirik ini juga adalah bagian yang dirasakan ketika kang Aden dianugerahi penyakit maag akut.
Lagu itu jadi ingatan kuat ketika Sahabat saya Ustadz Gatot Kunta Kumara memberikan sambutannya ketika kami berkegiatan di SMK Daarut Tauhiid Bandung. Saat itu usia beliau genap 40 tahun. Ia mengungkapkan sekilas cerita tentang Kang Aden yang juga sama-sama dari Bandung.
Lagu ini sering diputar sebagai Musik positif di MQ FM Network. Lirik lagu yang menggugah itu sangat tepat sebagai refleksi diri. Berikut lirik yang penuh makna itu:
"Wahai pemilik nyawaku. Betapa lemah diriku ini. Berat ujian dari-Mu. Kupasrahkan semua pada-Mu. Tuhan, baru kusadar. Indah nikmat sehat itu. Tak pandai aku bersyukur. Kini ku harapkan cinta-Mu. Kata-kata cinta terucap indah. Mengalir berzikir di kidung doaku. Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku. Butir-butir cinta air mataku. Teringat semua yang Kau beri untukku. Ampuni khilaf dan salah selama ini. Ya Ilahi, Muhasabah cintaku. Tuhan, kuatkan aku. Lindungiku dari putus asa. Jika ku harus mati. Pertemukan aku dengan-Mu”. Dan syair itu pun diulangi lagi pada kalimat "kata-kata cinta terucap indah."
Pembaca yang kreatif, lagu tadi mengingatkan kita betapa sehat adalah nikmat yang tiada tara yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada kita. Dan betapa pentingnya kita menjaga kondisi sehat itu.
Sehat bukan saja secara lahir tentunya, namun juga sehat secara batin. Anugerah kesehatan ini bisa kita maksimalkan dengan aktivitas yang penuh kebaikan. Seperti kalimat yang keluar dari diri kita adalah kalimat yang sehat (menyejukkan).
Pandangan kita kepada pendapat orang lain juga adalah pandangan yang sehat (menghargai). Sikap kita juga sehat (penuh pemakluman). Sehat membuat kita mudah mengerjakan urusan dan rencana yang sedang kita susun. Hanya ungkapan terima kasih yang sehat (tulus) membuat hati kita semakin bergetar dengan cinta yang tulus atas anugerah rezeki yang diberikan.
Pembaca yang kreatif, masih ada saja orang yang belum bersyukur dengan nikmat sehat ini. Menyia-nyiakan waktu dengan urusan yang tidak ada gunanya. Bahkan berpikir yang bukan-bukan sehingga menjadi khawatir dengan keadaan yang ada.
Jangan sampai kalimat kita membuat orang terpancing untuk langsung berkomentar negatif. Sakit yang dirasa itu bisa membuat kita menutup hal benar yang dilakukan orang lain. Kalau sudah tidak suka maka semua pun jadi tidak berarti. Kepandaian kita melihat situasi juga penting untuk menciptakan kondisi sehat.
Kita jangan mudah terpancing hanya dengan kalimat yang mengganggu ego kita. Nalar berpikir sehat kita akan kabur karena kebencian. Kita sangat perlu bersikap sehat dan dewasa dalam bersikap.
Memikirkan dampak baik dan buruk karena buru-buru membalas respons yang kita tidak setujui. Sepertinya kita perlu segera menjauh dari hal-hal yang membuat pikiran dan batin tidak sehat.
Pembaca yang kreatif, kita bisa belajar mengurai kata-kata cinta pada Ramadhan ini dengan lebih baik. Berkomunikasi yang baik, bersikap yang baik, persepsi yang baik, dan memberikan sensasi yang baik dalam silaturahmi kita dengan orang lain. Sangat senang tentunya kita bersama berhasil mengurai ego menjadi cinta yang menebar kebaikan untuk semua. Sehat dan teruslah terinspirasi.
*) Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta.