Jumat 08 Apr 2022 17:57 WIB

Rusia Sebut Penangguhannya di Dewan HAM PBB Bermotif Politik

Rusia telah memutuskan untuk segera melepaskan keanggotaannya di Dewan HAM PBB.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Gennady Kuzmin, Wakil Tetap Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, berbicara setelah Sergiy Kyslytsya, Wakil Tetap Ukraina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kamis, 7 April 2022, di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Foto: AP Photo/John Minchillo
Gennady Kuzmin, Wakil Tetap Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, berbicara setelah Sergiy Kyslytsya, Wakil Tetap Ukraina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kamis, 7 April 2022, di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia mengkritik keputusan Majelis Umum PBB yang menangguhkan keanggotaannya di Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB. Moskow menilai, keputusan itu ilegal dan bermotif politik.

“(Penangguhan) itu langkah ilegal serta bermotivasi politik yang bertujuan menghukum negara anggota PBB yang berdaulat yang mengejar kebijakan dalam dan luar negeri yang independen,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia dalam sebuah pernyataan pada Kamis (7/4/2022), dikutip kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Rusia telah memutuskan untuk segera melepaskan keanggotaannya di Dewan HAM PBB. “Komitmen tulus Rusia untuk tujuan melindungi dan mempromosikan HAM tidak memungkinkan kami untuk tetap menjadi bagian lebih lama dari mekanisme internasional yang telah berubah menjadi pelaksana kehendak kelompok negara ini, untuk mendorong tujuan dan memperoleh suara yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, jangan menghindar dari pemerasan terbuka terhadap negara-negara berdaulat,” kata Kemenlu Rusia.

Pada Kamis lalu, Majelis Umum PBB melakukan pemungutan suara terhadap rancangan resolusi tentang penangguhan Rusia dari Dewan HAM PBB. Proses itu digelar saat pasukan Rusia dituduh melakukan pembunuhan massal terhadap warga sipil di Bucha, Ukraina. Moskow telah dengan tegas membantah tudingan tersebut.  

Hasil pemungutan suara menunjukkan, sebanyak 93 negara mendukung resolusi, 24 menentang, dan 58 lainnya memilih abstain. Pengambilan keputusan dapat dilakukan jika dua pertiga suara terpenuhi dan mereka yang abstain tak dihitung. Jika merujuk pada hasil voting, total negara yang memberikan suara mendukung dan menolak adalah 117. Dukungan 93 suara lebih dari dua pertiga jumlah tersebut. Hal itu memungkinkan resolusi disahkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement