REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Sekitar 31 ribu warga sipil dari kota pelabuhan Mariupol di tenggara Ukraina dibawa secara paksa ke Rusia. Wali kota wilayah itu Vadim Boychenko menyatakan memiliki daftar terverifikasi penduduk yang dipindahkan secara paksa dari rumahnya, Jumat (8/4/2022).
Warga tersebut secara paksa ke Rusia atau yang disebut "Republik Rakyat Donetsk" oleh pasukan Rusia. Boychenko mengatakan, pihak berwenang Rusia memperlakukan mereka dengan kasar, mengambil sidik jari dan memaksa untuk menandatangani berbagai dokumen.
Boychenko mengatakan hanya koridor kemanusiaan Berdyansk-Zaporizhzhia yang saat ini beroperasi di wilayah Mariupol. Penduduk seharusnya dievakuasi ke daerah aman melalui rute itu.
Menurut Boychenko, 95.000 warga sipil dari Mariupol telah dibawa ke Zaporizhzhia melalui koridor. Kementerian Luar Negeri Ukraina menulis sebelumnya di Twitter bahwa 90 persen bangunan di Mariupol telah hancur.
"Kota ini dalam keadaan bencana kemanusiaan: orang mati dimakamkan di kuburan massal, ada kekurangan air, makanan, tidak ada komunikasi," tulis laporan pemerintah Ukraina.
Laporan perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setidaknya 1.626 warga sipil telah meninggal dunia dan 2.267 terluka di Ukraina. Lebih dari 4,3 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke negara lain, dengan lebih dari tujuh juta lebih pengungsi di dalam wilayah Ukraina.