Sabtu 09 Apr 2022 12:30 WIB

Laporan Meta Tunjukan Peningkatan Disinformasi di Media Sosial

Meta menemukan lonjakan konten yang terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Laporan terbaru Meta menyatakan, peretas yang bersekutu dengan Rusia membobol akun media sosial dari lusinan perwira militer Ukraina. Perusahaan raksasa teknologi ini merinci peningkatan yang meresahkan dalam disinformasi di media sosial tahun ini.
Foto: AP Photo/Tony Avelar
Laporan terbaru Meta menyatakan, peretas yang bersekutu dengan Rusia membobol akun media sosial dari lusinan perwira militer Ukraina. Perusahaan raksasa teknologi ini merinci peningkatan yang meresahkan dalam disinformasi di media sosial tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Laporan terbaru Meta menyatakan, peretas yang bersekutu dengan Rusia membobol akun media sosial dari lusinan perwira militer Ukraina. Perusahaan raksasa teknologi ini merinci peningkatan yang meresahkan dalam disinformasi di media sosial tahun ini.

Laporan dari pemilik Facebook dan Instagram menemukan lonjakan konten yang terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina. Mereka melihat kasus-kasus baru disinformasi dan propaganda domestik di negara-negara di seluruh dunia. Tindakan ini menunjukkan bahwa taktik yang dipelopori oleh badan intelijen asing sekarang digunakan lebih luas.

Baca Juga

"Sementara banyak perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir telah difokuskan pada campur tangan asing, ancaman domestik meningkat secara global,” kata Presiden Meta untuk urusan global dan mantan wakil perdana menteri Inggris, Nick Clegg.

Menurut laporan Meta, Rusia dan sekutunya adalah pemain utama. Kelompok-kelompok yang terkait dengan Kremlin menyebarkan disinformasi tentang invasinya ke Ukraina sambil memperkuat teori konspirasi pro-Rusia di dalam negeri.

Meta menelusuri upaya untuk mengambil alih akun media sosial dari puluhan pemimpin militer Ukraina yang dilakukan organisasi hacker bayangan yang dikenal sebagai Ghostwriter. Penelitian sebelumnya telah mengaitkan mereka dengan Belarus, sekutu Rusia. Ghostwriter memiliki sejarah menyebarkan konten kritis terhadap NATO dan telah mencoba meretas akun surel.

"Ini adalah hal yang mereka lakukan dan terbukti benar," kata Ben Read yang merupakan direktur analisis spionase siber di Mandiant, sebuah perusahaan keamanan siber AS terkemuka yang telah melacak aktivitas Ghostwriter selama bertahun-tahun.

Tahun lalu Mandiant mengatakan petunjuk digital menunjukkan para peretas itu berbasis di Belarus. Meskipun pejabat Uni Eropa sebelumnya menyalahkan masalah tersebut kepada Rusia.

Laporan itu kini diperkuat dengan laporan terbaru Meta yang menguraikan upaya disinformasi lain yang terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina, termasuk yang melibatkan puluhan akun palsu yang menyebarkan retorika anti-Ukraina. Jaringan lain mengajukan ribuan keluhan palsu tentang pengguna Facebook Ukraina dalam upaya untuk mengeluarkan mereka dari platform. Jaringan itu menyembunyikan aktivitasnya di grup Facebook yang konon didedikasikan untuk memasak.

Sedangkan Istana Kremlin telah memblokir ratusan sumber berita dan situs web, termasuk Facebook dan Twitter, di Rusia. Pemerintah Moskow mengancam akan memenjarakan bagi orang yang mencoba melaporkan perang tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement