Senin 11 Apr 2022 19:51 WIB

Zelensky: 10 Ribu Warga Mariupol Terbunuh Serangan Rusia

Zelensky menyebut Rusia benar-benar menghancurkan Mariupol

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Seorang wanita menarik tasnya melewati rumah-rumah yang rusak selama pertempuran di Mariupol, di wilayah yang sekarang berada di bawah kendali Pemerintah Republik Rakyat Donetsk, timur di Mariupol, Ukraina, Jumat, 8 April 2022.
Foto: AP Photo/Alexei Alexandrov
Seorang wanita menarik tasnya melewati rumah-rumah yang rusak selama pertempuran di Mariupol, di wilayah yang sekarang berada di bawah kendali Pemerintah Republik Rakyat Donetsk, timur di Mariupol, Ukraina, Jumat, 8 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, dia yakin setidaknya 10 ribu warga di Mariupol telah terbunuh akibat serangan Rusia. Hal tersebut dia sampaikan saat berbicara ke Majelis Nasional Korea Selatan (Korsel).

“Rusia benar-benar menghancurkan Mariupol dan membakarnya menjadi abu. Setidaknya 10 ribu warga Mariupol pasti telah terbunuh,” kata Zelensky lewat sambungan video, Senin (11/4/2022).

Baca Juga

Menurut Zelensky, Mariupol hanyalah sebuah contoh. Dia mengatakan, Korsel dapat membantu Ukraina dalam melawan pasukan Rusia. Caranya adalah dengan menyuplai bantuan militer, termasuk tank dan jet tempur. “Jika Ukraina menerima senjata seperti itu, tidak hanya akan menyelamatkan nyawa orang biasa, tapi juga akan menjadi kesempatan untuk menyelamatkan Ukraina,” ucapnya.

Korsel telah memberikan bantuan sebesar 1 miliar won atau setara 800 ribu dolar AS dalam bentuk peralatan militer tak mematikan kepada Ukraina. Bantuan tersebut termasuk helm anti-peluru dan peralatan medis. Namun Negeri Ginseng menolak permintaan Ukraina baru-baru ini agar mereka memberikan bantuan persenjataan anti-pesawat.

Seoul mengatakan, menyuplai senjata semacam itu dengan skala yang diminta Ukraina akan berdampak pada “postur kesiapan militer” Korsel sendiri. Perang Rusia-Ukraina telah berlangsung sejak 24 Februari lalu. Pertempuran yang sudah memasuki bulan kedua telah menyebabkan lebih dari 4,5 juta warga Ukraina mengungsi ke negara-negara tetangga. Itu menjadi krisis terburuk yang dihadapi Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia II. Sementara di dalam negeri Ukraina, sekitar 6,5 juta orang dilaporkan kehilangan tempat tinggal. Mereka harus tinggal di tempat-tempat penampungan sementara.

Kedua negara telah melakukan beberapa putaran pembicaraan damai, tapi belum membuahkan hasil positif, termasuk perihal gencatan senjata. Salah satu tuntutan Rusia yang tampaknya tak dapat ditawar adalah Ukraina harus menggugurkan aspirasinya bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Sebab kehadiran langsung NATO di wilayah perbatasan dipandang sebagai ancaman oleh Moskow.  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement