REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok alim ulama merupakan sumber keteladanan bagi umat. Mulai dari zaman dahulu hingga kini, mereka bagaikan mata air yang menyejukkan. Tentu saja, suri teladan paripurna adalah Nabi Muhammad SAW. Darinya, memancar segala contoh kebaikan.
Berikut ini kisah orang-orang saleh dalam menghabiskan waktunya selama bulan suci Ramadhan.Seorang sahabat Nabi SAW, Abdullah bin Umar, biasa berbuka puasa dengan anak-anak yatim dan kaum miskin. Begitu pentingnya berbuka puasa bersama-sama dengan mereka, sampai-sampai ia pernah menasihati keluarganya agar terus melanjutkan tradisi itu.
Di antara para sahabat, Ibnu Umar termasuk kaya raya. Harta dari perniagaannya yang sukses tidak membuatnya lupa diri. Justru, penghasilannya banyak dialokasikan untuk bersedekah. Mengenai kedermawanannya, Ayub bin Wail ar- Rasibi pernah memberikan kesaksian.Pada suatu hari bulan Ramadhan,tuturnya, Ibnu Umar mendapat kiriman harta senilai empat ribu keping dirham. Ada pula satu baju bagus di antara kiriman hadiah itu.
Yang mengherankan Ayub adalah, ternyata keesokan harinya ia berpapasan dengan Ibnu Umar. Sang sahabat Nabi justru berutang kepada seorang pedagang untuk bisa membeli pakan kudanya. Mengapa harus utang? Pakai saja dana yang kemarin diterimanya sebagai hadiah?
Karena penasaran, Ayub langsung datang menemui keluarga Ibnu Umar.Maka seorang penghuni rumah sang sahabat memberi tahu. Benar bahwa uang dalam jumlah banyak itu telah diterima Ibnu Umar. Namun, tidak semalam pun harta tersebut menginap di rumah ini.
Sebab, semua dirham itu sudah dibagi-bagikannya kepada kaum fakir dan miskin. Bahkan, Ibnu Umar juga memberikan baju indah yang diterimanya hari itu kepada orang papa. Saat kami tanyakan, ia menjawab sembari tersenyum, `Baju dan semua uang itu sudah saya sedekahkan,' kata seorang penghuni rumah Ibnu Umar.
Begitulah cara Ibnu Umar menjalani Ramadhan. Teladan yang juga memesona ditunjukkan seorang tabiin, yakni Qatadah as-Sadusi. Murid Imam Malik itu memiliki disabilitas pada kedua matanya. Walaupun buta, ahli hadis dari Kota Basrah ini tidak patah arang.