Selasa 12 Apr 2022 12:05 WIB

Otoritas Penerbangan China Bantah Human Error Sebabkan Jatuhnya Pesawat China Eastern

Menurut otoritas penerbangan China, rumor human error itu menyesatkan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
 Papan nama pada pesawat penumpang China Eastern Airlines.  Otoritas penerbangan China membantah rumor terkait human error pada kecelakaan China Eastern. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/MAURITZ ANTIN
Papan nama pada pesawat penumpang China Eastern Airlines. Otoritas penerbangan China membantah rumor terkait human error pada kecelakaan China Eastern. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Otoritas penerbangan China membantah rumor terkait keluarnya hasil analisis data kotak hitam yang mengarah pada faktor kesalahan kopilot pada insiden jatuhnya pesawat China Eastern Airlines yang menewaskan 132 orang di dalamnya.

"Rumor tersebut menyesatkan dan mengganggu proses penyelidikan," kata Deputi Direktur Bidang Keselamatan Badan Penerbangan Sipil China (CAAC) Wu Shijie kepada pers, Senin (11/4/2022).

Baca Juga

Menurut dia, terlalu dini memberikan kesimpulan karena proses penyelidikan masih berlangsung. Sebelumnya beredar rumor yang mengatasnamakan instansi pemerintahan dan kepolisian China bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh kelalaian kopilot pesawat China Eastern Airlines nomor penerbangan MU-5735 yang jatuh dan terbakar di perbukitan Daerah Otonomi Guangxi pada 21 Maret lalu.

"Bersama dengan departemen keamanan publik (kepolisian), kami akan mencari mereka yang bertanggung jawab menyebarkan rumor tersebut dan harus ditangani sesuai dengan undang-undang yang berlaku," ujarnya.

Dalam rumor yang beredar, otoritas setempat mewajibkan para pilot melakukan tes psikologi. Wu tidak menyangkal bahwa kecelakaan udara terburuk di China dalam 12 tahun terakhir itu memberikan dampak psikologis dan emosional kepada para pilot, awak, terutama mereka yang masih muda sehingga perlu dijaga kesehatan mental mereka.

"Kami memang meminta pihak maskapai memberikan dukungan psikologis kepada para pilot dan awak untuk menjamin mental mereka tetap stabil. Hal ini terbukti efektif karena para staf dapat mengambil tanggung jawab keselamatan penerbangan secara penuh," ucapnya.

Sehari setelah peristiwa kecelakaan, CAAC telah melakukan inspeksi keselamatan penerbangan selama dua pekan untuk mencegah terulangnya kecelakaan pesawat. Inspeksi itu dilakukan terhadap badan penerbangan sipil daerah, perusahaan jasa penerbangan, bandara, dan lembaga pendidikan dan pelatihan pilot.

Jatuhnya pesawat jenis Boeing 737-800 milik China Eastern Airlines dalam penerbangan dari Kunming menuju Guangzhou itu mengakhiri catatan rekor keselamatan penerbangan China selama 4.227 hari. Sebelumnya media-media di China sempat menurunkan data kopilot yang ada dalam pesawat nahas itu berusia 60 tahun yang akan memasuki masa pensiun tahun ini dengan pengalaman menerbangkan berbagai jenis pesawat hingga mencapai 30 ribu jam. Tiga penerbang yang ada di dalam pesawat nahas itu juga dinyatakan tidak memiliki masalah dengan rumah tangganya masing-masing.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement