REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada abad pertengahan, wilayah semenanjung besar yang kini menjadi lokasi Republik Turki lebih populer dengan nama Anatolia. Adapun sebutan Turki ketika itu merujuk pada sekelompok suku bangsa yang memiliki leluhur orang-orang Turkic atau Turks.
Mereka awalnya adalah penghuni stepa Asia tengah yang konon berasal dari Pegunungan Altai. Lanskap itu membentang sepanjang 2.000 km di perbatasan empat negara modern saat ini: Mongolia, Republik Rakyat Cina (RRC), Kazakhstan, dan Rusia.
Bangsa Turki mulai bersentuhan dengan Islam sejak ekspansi wilayah Bani Abbasiyah pada abad ke-10 M. Waktu itu, kekhalifahan tersebut telah mem perluas kekuasaannya hingga ke Transoxiana, dataran subur antara Sungai Amu Darya dan Syr Darya, Asia tengah.
Ratusan tahun kemudian, daerah tersebut menjadi bagian dari Kekaisaran Mongol. Sebelum kematiannya pada 1227, Jenghis Khan memberikan tanah jajahannya di Asia tengah kepada sang putra kedua, Chagadai Khan. Pada masa puncak kejayaannya, Kekhanan Chagadai meluas dari Transoxiana hingga selatan Laut Aral dan Pengunungan Altai.
Mayoritas penduduk kerajaan tersebut adalah bangsa Turki. Karena itu, wajarlah bila kebudayaan masyarakat Muslim-Sunni Asia tengah itu turut memengaruhi elite Kekhanan Chagadai. Para sejarawan menyebut masa 14 tahun kekuasaan Chagadai Khan sebagai permulaan era Turki-Mongol.
Penguasa tersebut memerintah dengan cukup adil. Ia menertibkan administrasi dan birokrasi sehingga pemerintahan dapat berjalan lebih efektif dari pusat sampai ke daerah-daerah. Hingga tutup usia, dirinya selalu setia pada kepercayaan yang dipeluk Jenghis Khan, yakni tengrisme. Dalam hal ini, Chagadai Khan hanya menyerap kebudayaan Turki, tanpa mengikuti keislaman mereka.
Walaupun memiliki banyak anak, takhta kekaisaran sepeninggalan dirinya justru jatuh pada seorang cucunya, Qara Hulegu. Penerus Chagadai itu kemudian memiliki anak yang bernama Chagatai, dari pernikahannya dengan Ergene Khatun. Begitu berkuasa sejak 1252, Chagatai mengganti namanya menjadi Mubarak Shah. Dialah raja pertama dalam sejarah Kekhanan Chagadai yang memeluk Islam.
Sejak 1251, seluruh kekhanan yang dimiliki para putra Jenghis Khan mengakui Mongke Khan sebagai khan agung. Ia merupakan cucu Temujin dari garis Tolui Khan.