REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang mengumumkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia, Selasa (12/4/2022). Pemerintahnya akan membekukan aset 398 warga Rusia dan 28 organisasi serta melarang impor vodka dan sejumlah barang lainnya.
Pembekuan aset juga akan menargetkan dua putri Presiden Rusia Vladimir Putin serta istri Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, Maria Lavrova dan putrinya, Ekaterina Lavrova. Sebanyak 28 organisasi Rusia seperti yang terkait dengan bisnis militer, dan dua pemberi pinjaman, yaitu Sberbank dan Alfa Bank. Langkah untuk bank akan dilaksanakan pada 12 Mei.
Pemerintah juga akan melarang individu dan perusahaan Jepang untuk melakukan investasi baru di Rusia karena terus menginvasi Ukraina sejak akhir Februari. Dengan ditambahkannya putri Putin Maria Vorontsova dan Katerina Tikhonova ke dalam daftar sanksi, jumlah total individu Rusia, termasuk personel militer dan anggota parlemen, yang menjadi sasaran pembekuan aset oleh otoritas Jepang mencapai 499.
"Untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dari krisis, mewujudkan gencatan senjata sesegera mungkin dan menghentikan invasi Rusia ke Ukraina, negara kita harus menjatuhkan sanksi keras terhadap Moskow saat bekerja dengan komunitas internasional," kata Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno seperti dilansir laman Kyodo News International, Selasa.
Pada hari yang sama, Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang, Koichi Hagiuda mengatakan negara itu akan memberlakukan larangan impor minuman beralkohol, beberapa produk kayu dan mesin mulai Selasa pekan depan sebagai bagian dari sanksi tambahan terhadap Moskow. Sebanyak 38 barang terkena larangan tersebut.
Impor tersebut bernilai sekitar 16 miliar yen (128 juta dolar AS) dan menyumbang sekitar 1,1 persen dari impor negara itu dari Rusia. Hagiuda menegaskan kembali pada konferensi pers bahwa Jepang akan mempercepat proses penyapihan diri dari energi yang dipasok oleh Rusia sejalan dengan janji Kelompok Tujuh (G7) yang dibuat minggu lalu untuk mempercepat rencana untuk mengakhiri ketergantungan pada energi Rusia.
"Mengenai rencana untuk menghapus batubara Rusia, pada awalnya, kami akan dengan hati-hati menilai permintaan listrik untuk musim panas dan musim dingin, serta pengaruhnya terhadap industri," katanya. Namun ia tidak merinci batas waktu khusus untuk menghentikan impor.
Batu bara Rusia merupakan 13 persen dari yang digunakan untuk pembangkit listrik dan 8 persen dari batu bara kokas, digunakan untuk pembuatan baja dan produksi industri lainnya di Jepang. Menteri memastikan bahwa Jepang akan menebus pemotongan dengan diversifikasi sumber energi dan pemasok dan mendorong negara-negara penghasil energi, kecuali Rusia, untuk meningkatkan output.