REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Beberapa penduduk Shanghai diizinkan keluar dari rumah mereka pada Selasa (12/4/2022) waktu setempat. Pemerintah kota melonggarkan penutupan selama dua pekan.
Pelonggaran ini terjadi setelah sebuah video diunggah di media sosial yang menunjukkan penduduk yang kehabisan makanan masuk ke supermarket dan memekikkan seruan minta tolong. Namun demikian, jumlah warga yang diizinkan keluar belum jelas.
Pemerintah mengatakan beberapa pasar dan apotek juga akan dibuka kembali. Penutupan mendadak sebagian besar bisnis dan perintah untuk tinggal di rumah membuat publik marah tentang kurangnya akses ke makanan dan obat-obatan.
Orang-orang yang dites positif terkena virus telah dipaksa ke fasilitas karantina sementara yang luas. Tempat itu dikritik oleh beberapa orang sebagai tempat yang ramai dan tidak sehat.
Tingkat keparahan yang tidak biasa dari penutupan Shanghai mulai 28 Maret tampaknya didorong oleh politik dan juga oleh masalah kesehatan masyarakat. Jumlah kasus di China memang relatif rendah, namun partai yang berkuasa memberlakukan strategi "tanpa toleransi" yang telah menangguhkan akses ke kota-kota besar untuk mengisolasi setiap orang yang terinfeksi. Beberapa pejabat lokal dipecat setelah dituduh gagal bertindak cukup agresif.
Pemerintah melaporkan 24.659 kasus baru hingga Senin tengah malam, termasuk 23.387 tanpa gejala. Itu termasuk 23.346 di Shanghai, hanya 998 di antaranya memiliki gejala.
Di Shanghai, lebih dari 200 ribu kasus. Tidak ada kematian yang dilaporkan dalam gelombang infeksi terbaru.
Pemerintah melonggarkan pembatasan dengan mengumumkan penduduk lingkungan Shanghai yang tidak memiliki kasus selama setidaknya dua minggu akan diizinkan keluar dari rumah mereka mulai Selasa. Dikatakan mereka bisa pergi ke daerah lain yang juga tidak memiliki kasus baru selama waktu itu.
Pejabat kota mengatakan, Shanghai memiliki 7.565 area pencegahan semacam itu. Mereka tidak memberikan rincian berapa banyak orang yang terkena dampak.
"Orang-orang di 2.460 daerah kontrol tanpa kasus baru dalam seminggu terakhir diizinkan keluar tetapi tidak dapat meninggalkan lingkungan mereka," kata pemerintah kota Shanghai. Warga dilarang meninggalkan rumah mereka di daerah karantina yang telah terinfeksi dalam seminggu terakhir.
Penutupan secara mendadak memang setiap rumah tangga Shanghai dan memicu keluhan bahwa mereka dibiarkan tanpa akses ke makanan atau obat-obatan dan tidak dapat merawat kerabat lanjut usia yang tinggal sendirian. Kendati begitu, pemerintah membagikan paket sayuran dan makanan lainnya selama beberapa hari setidaknya dua kali ke beberapa rumah tangga. Yang lain mengatakan mereka tidak menerima apa-apa.