REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Menteri Australia untuk Pasifik Zed Seselja mengunjungi Kepulauan Solomon pada Selasa (12/4/2022). Kunjungannya ke sana bertujuan membahas pakta keamanan yang telah dijalin negara tersebut dengan China.
“Diskusi saya akan mencakup usulan perjanjian keamanan Kepulauan Solomon-China,” kata Seselja dalam sebuah pernyataan. Dalam kunjungannya, Seselja akan bertemu dengan Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare.
Menurut seorang juru bicara Sogavare, sang perdana menteri akan senang untuk bertemu Seselja. Akhir bulan lalu, para pejabat China dan Kepulauan Solomon telah menyetujui unsur-unsur perjanjian keamanan akhir, tapi dokumennya belum dipublikasikan.
Draf perjanjian yang bocor dan beredar menunjukkan bahwa dalam kesepakatan tersebut polisi bersenjata China akan dikerahkan atas permintaan Kepulauan Solomon untuk menjaga “ketertiban sosial”. Tanpa persetujuan tertulis dari pihak lain, tidak akan diizinkan untuk mengungkapkan misi publik.
Manasseh Sogavare telah mengungkapkan, pemerintahannya tidak memiliki niat apa pun untuk meminta China membangun pangkalan militer di Kepulauan Solomon. Australia dan Amerika Serikat (AS) telah lama mengkhawatirkan potensi China membangun pangkalan angkatan laut di Pasifik Selatan. Hal itu memungkinkan Negeri Tirai Bambu memproyeksikan kekuatan jauh melampaui perbatasannya.
Hubungan Kepulauan Solomon dan China kian erat sejak negara tersebut memutuskan untuk mengakhiri hubungan diplomatik dengan Taiwan pada 2019 lalu. Taiwan menuding Beijing telah melakukan “diplomasi dolar” agar Kepulauan Solomon tak lagi menjalin hubungan dengannya.
China diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Taipei menolak klaim tersebut. Taiwan menegaskan, mereka adalah negara merdeka dengan nama Republik China. Perselisihan itu telah membuat hubungan Cina-Taiwan dibekap ketegangan.