Kamis 14 Apr 2022 10:34 WIB

Wali Kota Bima Pantau Harga Sembako Selama Ramadhan dan Idul Fitri

Kepada Bima, pedagang menjelaskan jika terigu bukan naik, tapi pindah harga.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto di Balai Kota Bogor, Ahad (25/7/2021).
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto di Balai Kota Bogor, Ahad (25/7/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyampaikan, siap terus memantau kenaikan harga bahan pokok di Kota Bogor selama Ramadhan hingga Idul Fitri 1443 Hijriyah. Bima mengatakan, kenaikan harga yang dialami daerahnya hampir semua jenis bahan pokok, khususnya yang masih menjadi sorotan yakni minyak goreng dan juga terbaru terigu.

"Kita sudah dampingi Wamendag dua hari lalu untuk tinjauan pasar, memang kenaikan harga lebih tinggi. Tapi menurut Wamendag dibandingkan daerah lain Kota Bogor lebih rendah, tidak terlalu tajam," kata Bima di Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (14/4/2022).

Baca Juga

Selain harga, kata Bima, ketersediaan pangan juga menjadi perhatian pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) maupun Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. Hasil peninjauan di pasar, sambung dia, stok semua pangan cukup aman untuk persediaan hingga Lebaran 2022.

Hanya saja, ketersediaan minyak goreng curah masih agak sulit didapatkan oleh depo atau agen yang berimbas ke level pedagang. Bima melihat masih ada rantai distribusi yang perlu perhatian khusus, jika masih ada kelangkaan minyak goreng curah ke depan.

"Ini yang saya sampaikan kepada Pak Wamen (Wamendag Jerry Sambuaga) karena saya melihat berat dampaknya bagi pedagang-pedagang minyak, pedagang bahan olahan, makanan, gorengan, kue dan lain-lain," katanya.

Pemkot Bogor, sambung Bima, melalui dinas terkait dan Perumda Pasar Pakuan Jaya akan memonitor terus kebutuhan pokok di pasar. Saat peninjauan, menurut Bima, didapati juga kenaikan harga terigu yang mencapai Rp 2.000 dari harga Rp 8.000 menjadi Rp 10 ribu per kilogram.

Salah satu pedagang bernama Uni bahkan menyampaikan harga terigu bukan naik, tapi pindah harga. Kelakar itu sudah berkembang di kalangan pedagang. "Ini dapat istilah baru pindah harga dari pedagang. Tapi kita memastikan paling tidak stok ada. Kalau harga itu kan mekanisme pasar dan ada pengaruh dari hulunya," ucap Uni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement