Kamis 14 Apr 2022 15:36 WIB

BSU Bagi Pekerja Berpenghasilan di Bawah Rp 3,5 Juta Diapresiasi

Masyarakat berpendapatan di bawah Rp 1,5 juta mengalami penurunan pendapatan.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Buruh keluar dari pabrik (ilustrasi).Kepala Danareksa Research Institute (DRI) Rima Prama Artha mengapresiasi langkah pemerintah memberikan Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebesar Rp 1 juta untuk masyarakat berpenghasilan di bawah Rp 3,5 juta.
Foto: ANTARA/Umarul Faruq
Buruh keluar dari pabrik (ilustrasi).Kepala Danareksa Research Institute (DRI) Rima Prama Artha mengapresiasi langkah pemerintah memberikan Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebesar Rp 1 juta untuk masyarakat berpenghasilan di bawah Rp 3,5 juta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Danareksa Research Institute (DRI) Rima Prama Artha mengapresiasi langkah pemerintah memberikan Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebesar Rp 1 juta untuk masyarakat berpenghasilan di bawah Rp 3,5 juta.

"Kami sangat menyambut baik bantuan yang difokuskan kepada kelompok menengah ke bawah. Karena mereka paling terdampak Covid-19 dan belum pulih," kata Rima dalam bincang-bincang bertajuk "Tinjauan Ekonomi, Keuangan, dan Fiskal" yang dipantau di Jakarta, Kamis (14/4/2022).

Baca Juga

Berdasarkan riset DRI pada Maret 2022, masyarakat dengan pendapatan di bawah Rp 1,5 juta mengalami penurunan pendapatan dibandingkan enam bulan lalu karena penurunan aktivitas pada awal tahun akibat penyebaran Covid-19 varian Omicron. Sedangkan pendapatan masyarakat yang berkisar Rp 1,5 sampai Rp 3 juta dan pendapatan masyarakat di atas Rp 3 juta cenderung tetap.

Pada saat yang sama, sebagian besar masyarakat atau 76,10 persen dari jumlah responden DRI mengkhawatirkan kenaikan harga sembako dapat menghambat pemulihan ekonomi di daerah mereka. "Kalau melihat tren tahun ke tahun, inflasi tertinggi terjadi di Idul Fitri. Jadi dengan krisis energi yang juga meningkatkan harga-harga komodias, masyarakat merasa kenaikan harga adalah faktor yang paling memengaruhi penurunan pemulihan ekonomi di wilayah mereka," kata Rina menjelaskan.

Masih sulitnya lapangan pekerjaan dan wabah penyakit juga menjadi faktor lain yang dikhawatirkan masyarakat dapat menahan laju pemulihan ekonomi di wilayah mereka.bDi sisi lain, masyarakat juga memperkirakan kenaikan harga sembako akan berlanjut sampai 6 bulan ke depan karena terdapat tren peningkatan inflasi secara global dan konflik geopolitik.

"Di tengah kenaikan harga dan masih terbatasnya lapangan pekerjaan, sebagian masyarakat dengan gaji di bawah Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta tidak memiliki tabungan untuk kebutuhan sehari-hari sehingga kami sangat menyambut baik bantuan pemerintah untuk mereka," ucapnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement