REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Salah satu sekutu terdekat Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan NATO pada Kamis (14/4), jika Swedia dan Finlandia bergabung dengan aliansi militer itu, maka Rusia harus meningkatkan pertahanannya di kawasan itu, termasuk dengan mengerahkan senjata nuklir. Finlandia, yang berbagi perbatasan sepanjang 1.300 km dengan Rusia, dan Swedia sedang mempertimbangkan apakah akan bergabung dengan aliansi NATO atau tidak.
"Finlandia akan membuat keputusan dalam beberapa minggu ke depan," kata Perdana Menteri Sanna Marin, Rabu (13/4).
Dmitry Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan bahwa jika Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO maka Rusia harus memperkuat angkatan darat, laut dan udaranya di Laut Baltik untuk memulihkan keseimbangan militer. Medvedev juga secara eksplisit mengangkat ancaman nuklir itu dengan mengatakan bahwa tidak akan ada lagi pembicaraan tentang Baltik "bebas nuklir".
Rusia memiliki wilayah kantung Kaliningrad yang diapit Polandia dan Lithuania. "Tidak ada lagi pembicaraan tentang status bebas nuklir untuk Baltik - keseimbangan harus dipulihkan," kata Medvedev, yang menjabat presiden dari 2008-2012.
"Sampai hari ini, Rusia belum mengambil tindakan seperti itu dan tidak akan melakukannya. Jika kami dipaksa, baiklah ... catat, bukan kami yang memulai ini," ujarnya.
Invasi Rusia pada 24 Februari ke Ukraina telah membuat ribuan orang tewas, jutaan orang mengungsi dan menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan Amerika Serikat.
Putin mengatakan, operasi militer khusus di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia dan Moskow harus bertahan melawan penganiayaan terhadap orang-orang berbahasa Rusia oleh Ukraina.
Kyiv mengatakan, sedang berjuang melawan perampasan tanah gaya kekaisaran dan bahwa klaim Putin tentang genosida adalah omong kosong.