Kamis 14 Apr 2022 18:25 WIB

Jalur Trans Sulawesi Lumpuh Akibat Banjir Bolaang Mongondow Utara

Banjir terjadi setelah hujan deras mengguyur sejak Rabu (13/4). 

Alat berat membersihkan material kayu akibat banjir bandang yang menutupi jalan Trans Sulawesi. (Ilustrasi)
Foto: ANTARA/HumasSAR/Jojon
Alat berat membersihkan material kayu akibat banjir bandang yang menutupi jalan Trans Sulawesi. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SULAWESI -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jalur Trans Sulawesi yang menghubungkan Manado dan Makassar di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara, lumpuh. Kondisi ini sebagai akibat terendam banjir dengan tinggi muka air (TMA) kurang lebih 45 sentimeter dan berarus deras pada Kamis (14/4/2022).

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, banjir terjadi setelah hujan deras mengguyur sejak Rabu (13/4) pukul 13.30 WITA. Kondisi itu pun menyebabkan peningkatan debit aliran air sungai hulu.

Abdul mengatakan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara mencatat sebanyak 116 unit rumah yang ditinggali 116 KK terdampak banjir dengan TMA 70-100 sentimeter. Satu unit rumah dilaporkan mengalami rusak berat setelah terdampak banjir tersebut. 

Hingga saat ini, banjir telah merendam empat desa yang meliputi Desa Binuanga, Desa Saleo 1, Desa Saleo 2, dan Desa Nunuka di Kecamatan Bolangitang Timur. "Sebagai upaya penanganan darurat bencana banjir, BPBD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terjun ke lokasi terdampak guna melakukan kaji cepat, penanganan dan evakuasi warga serta berkoordinasi dengan lintas instansi terkait dan pemerintah desa setempat," kata Abdul.

Sementara itu, hujan ringan hingga lebat yang dapat disertai petir masih berpotensi terjadi di wilayah Bolaang Mongondow Utara hingga Jumat (15/4), sebagaimana informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Menyikapi hal itu, BNPB mengimbau, kepada seluruh unsur pemerintah daerah dan masyarakat agar dapat mengantisipasi adanya potensi bencana susulan yang dapat dipicu oleh faktor cuaca. Upaya seperti pemantauan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), pembersihan sampah maupun material lain yang dapat menyumbat aliran air, monitoring kondisi tanggul, jalan dan jembatan hingga pemantauan debit air saat terjadi hujan lebat disarankan perlu dilakukan secara berkala.

Guna meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana susulan, masyarakat di sepanjang aliran sungai agar melakukan evakuasi sementara jika terjadi hujan terus menerus dengan intensitas tinggi selama lebih dari satu jam. Masyarakat juga diharapkan selalu memperhatikan kondisi debit sungai dan menghindari lereng curam yang minim vegetasi.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement