Kamis 14 Apr 2022 19:45 WIB

Psikolog Sebut Penting Kelola Emosi Positif dan Negatif

Emosi positif dan negatif tak terpisahkan dari dalam diri manusia.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nora Azizah
Emosi positif dan negatif tak terpisahkan dari dalam diri manusia.
Foto: www.freepik.com
Emosi positif dan negatif tak terpisahkan dari dalam diri manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Emosi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam diri. Namun, tidak jarang dalam keseharian sulit mengontrol emosi positif maupun negatif. Meluapkan amarah atau mengekspresikan kegembiraan berlebihan ketika menghadapi sesuatu.

Psikolog UGM, Sutarimah Ampuni menilai, penting tiap orang belajar mengelola atau meregulasi emosi agar bisa terekspresi wajar dan sehat. Ekspresikan emosi dengan pas agar tidak menimbulkan efek buruk bagi diri sendiri dan orang lain.

Baca Juga

"Emosi perlu dikelola, mengekspresikannya dengan sehat dan pas, tidak menahan-nahan namun juga tidak meledak-ledak," kata Ampuni, Kamis (14/4/2022).

Ampuni memaparkan, ada sejumlah strategi ekspresikan emosi. Salah satunya menahan atau menekan emosi. Misal, saat berduka menahan duka karena tidak ingin terlihat lemah dan berduka di hadapan orang lain. Namun, ini kurang bagus.

Sebab, lanjut Ampuni, kalau kita malah terlalu menahan akan berbahaya. Ibarat botol yang diisi air soda dan ditutup rapat-rapat suatu saat meledak, begitu pula emosi. Namun, ada cara lain untuk mengelola emosi yaitu dengan merenung.

"Mengekspresikan emosi dalam bentuk diam dan menyendiri," ujar Dosen Fakultas Psikologi UGM tersebut.

Kemudian, mengekspresikan emosi berlebihan atau agresif seperti marah-marah dan berperilaku kasar serta merugikan orang lain. Ampuni mengingatkan, tidak semua emosi harus diekspresikan atau dilepaskan, namun harus selektif.

"Harus pilih-pilih, kadang harus melepas dalam ukuran yang pas, tapi kadang kala harus menahan," kata Ampuni.

Ada beberapa cara dalam mengelola emosi. Pertama, melakukan pemilihan situasi, memilih akan merasa emosi atau tidak. Misalnya, setiap melihat dialog politik di televisi mudah tersulut amarah, sebaiknya kegiatan tersebut dihindari.

Sebelum melakukan pemilihan situasi, kita harus punya kesadaran diri mengenai emosi kita sendiri, sadar yang membuat kita marah, kecewa dan lain-lain. Lalu, modifikasi lingkungan kita seperti menata ulang kamar agar lebih bersemangat.

Ketiga, mengubah dalam diri sendiri. Salah satunya mengubah pemikiran kepada persoalan. Misal, saat diputus pacar pasti merasa sedih, dan kurangi kesedihan dengan berpikir mungkin itu bukan jodoh, mungkin mendapat yang lebih baik lagi.

Coba pengaruhi dan ubah pikiran negatif menjadi positif atau lebih optimis. Ini tidak mudah, terlebih saat kondisi terpuruk, tapi harus ada kemauan. Keempat, alihkan perhatian seperti menonton komedi, jalan-jalan atau melakukan hobi.

Kelima, mengambil jarak dari emosi yang dirasakan. Contohnya, ketika marah  tidak langsung diekspresikan dengan berdiam diri dulu dan lainnya. Sebab, mengambil jarak bisa pula dengan memberikan sugesti kepada diri sendiri.

"Mengambil jarak ini juga bisa dengan sugesti diri, seperti hari ini aku sudah banyak emosi negatif sekarang akan memberi kesempatan tubuh dan pikiran untuk istirahat, tidak memberikan kesempatan bagi emosi negatif menguasai waktu," ujar Ampuni.

Ampuni menambahkan, penting bagi kita mengelola emosi agar tidak berdampak buruk baik bagi diri maupun orang lain dan lingkungan sekitar. Kita harus menjadi tuan untuk emosi kita, menguasai emosi dan jangan biarkan kita dikuasai emosi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement