REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyambut positif kerja sama PT Telkom Indonesia (Persero) dengan perusahaan telekomunikasi terkemuka di Asia, Singtel.
Sebagai BUMN yang tengah bertransformasi menjadi perusahaan telekomunikasi digital, Erick menyebut Telkom harus mampu mengembangkan kepemimpinan teknologi untuk tidak hanya memberikan layanan terbaik bagi pelanggan di Indonesia namun juga ikut mengawal transformasi digital Indonesia.
Menurut Erick, hal ini membutuhkan berbagai terobosan tidak hanya dalam peningkatan kompetensi digital, namun juga perubahan bisnis model dengan memanfaatkan kemitraan strategis yang dapat mengakselerasi transformasi perusahaan.
"TelkomGroup saat ini tengah melakukan konsolidasi bisnis data center guna menjawab tantangan transformasi digital ke depan," ujar Erick saat menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU antara Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah dan CEO Singtel Group Yuen Kuan Moon di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (14/4).
Di era transformasi digital yang sarat dengan perkembangan teknologi, ucap Erick, kebutuhan data center di dunia secara strategis diperkirakan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Erick menyampaikan Asia Tenggara telah diproyeksikan menjadi kawasan dengan pertumbuhan bisnis data center tercepat dengan tingkat pertumbuhan tahunan di atas 20 persen hingga 2024.
"Sehingga Telkom perlu menangkap peluang bisnis data center ini, tidak hanya di market nasional, tetapi juga di market regional dan global," kata Erick.
Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan kerja sama strategis dengan Singtel merupakan komitmen perusahaan untuk terus memperkuat kapasitas dan kapabilitas demi mengakselerasi pengembangan ekosistem digital melalui kepemimpinan teknologi serta talenta yang unggul dan berdaya saing global.
Ririek mengatakan regional data center merupakan kelanjutan dari strategi konsolidasi data center ini sekaligus menjadi bukti komitmen untuk menjawab kebutuhan sekaligus menangkap peluang agar dapat membuka jalan perusahaan untuk menjadi global scale data center player.
Menurut Ririek, upaya tersebut membutuhkan kemitraan strategis dengan operator yang telah terbukti memiliki kapabilitas dan reputasi yang mumpuni.
"Singtel dengan kekuatan dan pengalamannya menjadi salah satu mitra strategis dan tepat bagi Telkom dalam mengembangkan bisnis data center regional ini,"
Ririek menyebut dua nota kesepahaman yang ditandatangani yakni kolaborasi untuk pengembangan bisnis data center regional serta integrasi layanan fixed dan mobile broadband atau yang juga disebut Fixed Mobile Convergence (FMC).
Bagi Ririek, peningkatan pangsa pasar data center harus diimbangi dengan kekuatan infrastruktur dan kapabilitas bisnis yang memadai.
"Karena itu, Telkom sudah dan akan terus membangun serta meningkatkan kapasitas data center yang dikelola. Telkom kini memiliki serta mengelola 27 data center baik dalam maupun luar negeri," ucap Ririek.
Ririek menambahkan, Telkom juga sedang membangun sebuah Hyperscale Data Center (HDC) berkapasitas total 75 MW dan mampu menampung 10 ribu rak, yang mana tahap pertama dengan kapasitas 22 MW ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal II 2022.
"Data center ini nantinya ditujukan tidak hanya untuk perusahaan dan instansi di Indonesia tapi juga perusahaan asing hingga global player," ungkap Ririek.