Ketegangan dengan Israel Meningkat Saat Ramadhan, Warga Gaza Takut Perang Lagi

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah

Jumat 15 Apr 2022 17:46 WIB

Pasukan keamanan Israel menggeledah rumah warga Palestina di desa Yabad, Tepi Barat, dekat Jenin, 30 Maret 2022. Pasukan Israel menggerebek desa itu dalam operasi pencarian. Terduga penembak yang membunuh lima warga Israel di kota Bnei Brak, Israel tengah, Diaa Hamarsheh, berasal dari desa Yabad. Hamarsheh, 27, dibunuh oleh polisi pada 29 Maret. Ketegangan dengan Israel Meningkat Saat Ramadhan, Warga Gaza Takut Perang Lagi Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH Pasukan keamanan Israel menggeledah rumah warga Palestina di desa Yabad, Tepi Barat, dekat Jenin, 30 Maret 2022. Pasukan Israel menggerebek desa itu dalam operasi pencarian. Terduga penembak yang membunuh lima warga Israel di kota Bnei Brak, Israel tengah, Diaa Hamarsheh, berasal dari desa Yabad. Hamarsheh, 27, dibunuh oleh polisi pada 29 Maret. Ketegangan dengan Israel Meningkat Saat Ramadhan, Warga Gaza Takut Perang Lagi

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Para analis politik memperkirakan ketegangan di wilayah Palestina yang diduduki Israel sedang menuju letusan skala besar pada Ramadhan ini karena penduduk Jalur Gaza yang terkepung takut akan perang lagi.

 

Baca Juga

“Kami bergerak secara bertahap menuju eskalasi, kondisinya sudah siap untuk ledakan,” kata analis politik yang berbasis di Yerusalem, Mazen Jaabari dilansir dari Aljazirah, Kamis (14/4/2022).

Tahun lalu, meningkatnya ketegangan seputar pengusiran keluarga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem adalah katalisator meluasnya protes Palestina di seluruh Israel dan wilayah Palestina yang diduduki. Penggerebekan Masjid Al Aqsa oleh pasukan keamanan Israel selama bulan suci Ramadhan semakin meningkatkan ketegangan lebih lanjut dan, empat hari kemudian, serangan 11 hari Israel di Gaza dimulai, seolah-olah sebagai tanggapan atas roket yang ditembakkan oleh Hamas ke Israel.

Sejak itu, beberapa perkembangan telah meningkatkan kemungkinan konfrontasi Palestina lainnya dengan Israel. “Eskalasi mungkin datang dari tempat yang berbeda, termasuk tetapi tidak harus dari Yerusalem. Ini bisa menjadi konfrontasi luas di [kota Tepi Barat] Jenin karena mereka [Israel] berencana membalas dendam terhadap kota itu, atau terhadap operasi bersenjata lainnya yang mungkin terjadi,” kata Jaabari. 

Sejak 22 Maret, peningkatan tajam dalam serangan atau "operasi bersenjata" oleh warga Palestina yang dilakukan di dalam wilayah Israel telah menyebabkan pembunuhan 14 orang, termasuk tiga petugas polisi. Sementara itu, menurut kementerian kesehatan Palestina, 36 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel sejak Januari, termasuk dua Kamis lalu di kota Jenin di Tepi Barat yang diduduki.

Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dan seorang pengacara termasuk di antara tiga warga Palestina yang tewas di Tepi Barat pada Rabu. Jenin telah muncul sebagai titik nyala dalam kekerasan baru-baru ini.

Konfrontasi bersenjata antara pejuang Palestina dan pasukan Israel di sana dalam beberapa hari terakhir terjadi di tengah peningkatan serangan tentara Israel, penangkapan dan pembunuhan yang ditargetkan. Kekhawatiran tumbuh dari kemungkinan invasi besar-besaran Israel ke kamp pengungsi Jenin, di mana sayap bersenjata Jihad Islam Palestina (PIJ) dan gerakan Fatah aktif.

Pada 10 April, seorang juru bicara PIJ mengancam agresi yang berkelanjutan di kamp Jenin akan segera mengarah pada konfrontasi terbuka dan penuh. “Hal-hal kemungkinan akan meletus melihat perkembangan di lapangan,” ujar juru bicara Hamas, Hazem Qassem yang memerintah Jalur Gaza yang terkepung.