REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Lebih dari 100 desa yang sebagian atau seluruhnya dibakar oleh militer Myanmar sejak awal tahun ini. Lebih dari 5.500 bangunan sipil diratakan saat tentara mencoba menekan oposisi terhadap kudeta tahun lalu.
Laporan itu menurut data yang dikumpulkan oleh kelompok aktivis Data For Myanmar, lusinan citra satelit yang dipasok oleh perusahaan pencitraan bumi Planet Labs dan badan antariksa Amerika Serikat (AS) NASA. Data tersebut menunjukkan pembakaran desa yang meluas di bagian tengah negara itu.
"Ini adalah kampanye teror. Jika Anda tinggal di daerah atau desa yang menurut mereka (junta) sangat mendukung mereka yang telah mengambil alih senjata maka Anda, dalam pandangan mereka, adalah musuh," kata utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk hak asasi manusia di Myanmar, Tom Andrews.
Andrews mengatakan telah berbicara melalui telepon dengan beberapa saksi dan orang lain yang memberinya informasi di lapangan.
Sosok yang berbasis di Amerika Serikat ini menyatakan, orang-orang ini melaporkan kepadanya bahwa militer telah meningkatkan serangan selama beberapa bulan terakhir di Sagaing karena menaungi pihak oposisi. Tentara memimpin serangan darat dan jet melakukan serangan udara.
Junta yang menggulingkan pemerintah Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis pada 1 Februari 2021, telah menyatakan setiap penentangan terhadapnya ilegal.
Tindakan keras yang dilakukan militer merupakan usaha memulihkan ketertiban di negara itu. Selama beberapa bulan terakhir junta menuduh pasukan oposisi membakar desa, tanpa menunjukkan bukti.
Tapi laporan dari BBC Burma dan media lokal yang dikumpulkan oleh Data For Myanmar justru militer dan milisi pro-militer telah membakar desa-desa di Myanmar tengah hampir setiap hari sejak Desember. Foto satelit NASA yang tersedia untuk umum mengkonfirmasi lokasi hampir semua api berkobar.
Serangan militer dan pembakaran telah menyebabkan perpindahan besar-besaran. Menurut laporan PBB, lebih dari 52 ribu orang meninggalkan rumah pada pekan terakhir Februari saja.
Pembakaran baru-baru ini adalah taktik pertama yang terlihat di jantung pusat yang dulunya damai, sebagian besar beragama Buddha.
Selama setahun terakhir, wilayah tersebut telah menjadi lokasi pertempuran sengit antara pasukan junta dan kelompok-kelompok yang tergabung dalam Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF).
Kelompok sayap bersenjata itu berada di bawah naungan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang digulingkan dalam kudeta. Junta telah menyatakan NUG dan PDF ilegal dan mencap mereka teroris.