Jumat 15 Apr 2022 19:17 WIB

Milenial Diajak Memulai Urban Farming

Urban farming ramah lingkungan, ekonomis, dan mendukung ketahanan pangan keluarga.

Red: Budi Raharjo
Untuk mengajak dan memotivasi generasi muda melakukan urban farming atau pertanian perkotaan, Direktorat Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo menyelenggarakan Pojok Literasi, Urban Farming: Potensi Usaha untuk Milenial.
Foto: Kemen Kominfo
Untuk mengajak dan memotivasi generasi muda melakukan urban farming atau pertanian perkotaan, Direktorat Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo menyelenggarakan Pojok Literasi, Urban Farming: Potensi Usaha untuk Milenial.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kominfo RI, Septriana Tangkary, mengajak para generasi muda atau milenial untuk memulai urban farming. Urban farming dinilainya dapat meningkatkan ketahanan pangan bagi sekitar. 

Selain tercukupinya ketahanan pangan, urban farming juga dapat menambah pundi-pundi ekonomi. "Ini suatu kesempatan kita, peluang kita di samping pertanian, UMKM juga meningkat. Guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan,” kata Septriana.

Kementerian Kominfo turut memfasilitasi para petani untuk go online. Aplikasi ini diharapkan dapat mendukung para petani untuk memasarkan produknya secara online, sehingga dapat meningkatkan ekonomi para petani khususnya generasi milenial.

Untuk mengajak dan memotivasi generasi muda melakukan urban farming atau pertanian perkotaan, Direktorat Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo menyelenggarakan Pojok Literasi, 'Urban Farming: Potensi Usaha untuk Milenial'.

Dalam forum itu, Kepala Dinas Pertanian Semarang, Hernowo Budi Luhur mengatakan, menilik dari latar belakang, daerah Semarang memiliki luas demografis sekitar 373,7 kilometer persegi. Sekitar 31,8 persen atau 118,96 kilometer persegi merupakan lahan pertanian, dengan luas sawah 22,19 kilometer persegi. 

Oleh sebab itu, urban farming di Semarang, diharapkan dapat membuka lapangan kerja di perkotaan terutama bagi generasi muda serta memasok pasar makanan untuk menyediakan tambahan pekerjaan dan pendapatan. “Kita di Semarang itu punya Urban Farming Corner dimana di sana bisa berlatih pertanian. Di samping pelatihan tadi, kita juga sediakan barang dagangan seperti pupuk dalam sekala kecil untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan pertanian dalam sekala kecil,” ucap Hernowo.

Guru Besar Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Dwi Retno Lukiwati, mengungkapkan sistem urban farming sangat ramah lingkungan, ekonomis, dan mendukung ketahanan pangan dalam lingkup keluarga. Juga dapat membuka peluang usaha untuk menambah pendapatan keluarga. 

“Tanaman sayuran bisa dimanfaatkan untuk sumber ketahanan pangan keluarga. Budi daya ikan sekala kecil juga bisa dimanfaatkan dalam lingkup keluarga. Kalau sekala besar nanti bisa dikomersialkan dan menambah pundi-pundi ekonomi kita,” kata Retno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement