Sabtu 16 Apr 2022 10:27 WIB

Berbagai Pihak Coba Redakan Situasi Usai Serangan Polisi Israel di Masjid Al Aqsa

Sekitar 152 warga Palestina terluka akibat peluru karet, granat kejut, dan pemukulan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
 Petugas Polisi Perbatasan Israel mengamankan pos pemeriksaan yang digunakan oleh warga Palestina untuk menyeberang dari Tepi Barat ke Yerusalem, untuk salat Jumat pertama di bulan suci Ramadhan di kompleks masjid Al Aqsa, pos pemeriksaan tentara Qlandia Israel, barat Ramallah, Jumat, April 8, 2022. Berbagai Pihak Coba Redakan Situasi Usai Serangan Polisi Israel di Masjid Al Aqsa
Foto: AP/Nasser Nasser
Petugas Polisi Perbatasan Israel mengamankan pos pemeriksaan yang digunakan oleh warga Palestina untuk menyeberang dari Tepi Barat ke Yerusalem, untuk salat Jumat pertama di bulan suci Ramadhan di kompleks masjid Al Aqsa, pos pemeriksaan tentara Qlandia Israel, barat Ramallah, Jumat, April 8, 2022. Berbagai Pihak Coba Redakan Situasi Usai Serangan Polisi Israel di Masjid Al Aqsa

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Berbagai pihak mencoba meredakan suasana usai serangan polisi anti-huru-hara Israel di dalam kompleks Masjid Al Aqsa, Jumat (15/4/2022). Sekitar 152 warga Palestina terluka akibat peluru karet, granat kejut, dan pemukulan dengan tongkat.

Menurut pejabat Palestina, usai serangan tersebut, Mesir, Qatar, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meningkatkan mediasi antara faksi-faksi Palestina yang dipimpin oleh kelompok Islam Hamas dan Israel. Tindakan ini dalam upaya mencegah eskalasi kekerasan lebih lanjut.

Baca Juga

Yordania sebagai penjaga tempat-tempat suci Muslim dan Kristen di Yerusalem Timur mengutuk serangan polisi Israel ke kompleks itu sebagai pelanggaran mencolok. Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Ned Price mengatakan ketegangan harus dikurangi.

"Kami menyerukan semua pihak untuk menahan diri, menghindari tindakan dan retorika provokatif, dan melestarikan status quo bersejarah di Haram al-Sharif/Temple Mount," kata Price dalam sebuah pernyataan.