Sabtu 16 Apr 2022 10:33 WIB

Dunia di Ambang Krisis Pangan Jika Perang dan Isu Iklim tak Segera Diatasi

Lembaga keuangan internasional serukan tindakan mendesak terhadap ketahanan pangan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Gandum tumbuh di pertanian di Pruille-Le-Chetif, Prancis barat, Jumat, 18 Maret 2022. Lembaga keuangan internasional serukan tindakan mendesak terhadap ketahanan pangan.
Foto: AP/Francois Mori
Gandum tumbuh di pertanian di Pruille-Le-Chetif, Prancis barat, Jumat, 18 Maret 2022. Lembaga keuangan internasional serukan tindakan mendesak terhadap ketahanan pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lembaga keuangan internasional pada Rabu (13/4/2022) menyerukan tindakan mendesak terhadap ketahanan pangan di tengah perang Rusia-Ukraina. Dalam pernyataan bersama, para pemimpin Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP), dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) meminta masyarakat internasional untuk segera mendukung negara-negara yang rentan melalui tindakan terkoordinasi.

Tindakan terkoordinasi itu mulai dari penyediaan pasokan makanan darurat, dukungan keuangan, peningkatan produksi pertanian, dan perdagangan terbuka. Mereka juga meminta masyarakat internasional mendukung negara-negara yang rentan melalui hibah untuk menutupi kebutuhan pendanaan mereka yang mendesak.

Baca Juga

"Dampak perang di Ukraina, pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung, perubahan iklim, serta meningkatnya kerapuhan dan konflik menimbulkan kerugian terus-menerus bagi orang-orang di seluruh dunia," kata pernyataan bersama tersebut dilansir Anadolu Agency pekan ini.

Para pemimpin lembaga keuangan internasional mengatakan ancaman tertinggi terjadi pada negara-negara termiskin dengan porsi konsumsi yang besar dari impor pangan. Namun kerentanan meningkat dengan cepat di negara-negara berpenghasilan menengah yang menampung sebagian besar masyarakat miskin dunia. Lembaga keuangan internasional tersebut mengatakan kenaikan harga gas alam, yang merupakan bahan utama pupuk nitrogen, menyebabkan melonjaknya harga pupuk.

"Kami berkomitmen menggabungkan keahlian dan pembiayaan untuk segera meningkatkan kebijakan serta dukungan keuangan untuk membantu negara-negara serta rumah tangga yang rentan. Termasuk meningkatkan produksi pertanian dalam negeri dan pasokan ke negara-negara yang terkena dampak," ujar pernyataan bersama tersebut.

Uni Eropa akan berupaya mengatasi kenaikan harga gandum dan pupuk di Balkan, Afrika Utara, dan Timur Tengah melalui diplomasi pangan. Langkah ini diambil untuk melawan narasi Rusia yang menyalahkan Barat tentang dampak invasi ke Ukraina.

"Kerawanan pangan menyebabkan kebencian di negara-negara rentan di wilayah ini, sementara Moskow menggambarkan krisis sebagai konsekuensi sanksi Barat terhadap Rusia. Ini menimbulkan ancaman potensial terhadap pengaruh Uni Eropa," kata seorang diplomat Uni Eropa yang berbicara dengan syarat anonim.

Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut sanksi Barat telah memicu krisis pangan global dan melonjaknya harga energi. Negara tetangga Uni Eropa, khususnya Mesir dan Lebanon, sangat bergantung pada impor gandum dan pupuk dari Ukraina dan Rusia. Sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina, Mesir dan Lebanon menghadapi kekurangan pasokan gandum dan pupuk sehingga harga melonjak tajam.

"Kami tidak bisa mengambil risiko kehilangan kawasan itu," ujar seorang diplomat Eropa lainnya yang berbicara dengan syarat anonim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement