REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Kebebasan Beragama Internasional Rashad Hussain adalah Muslim-Amerika pertama yang memegang gelar tersebut. Hussain mengatakan kepada GMA 3 penunjukannya mengirimkan sinyal yang kuat ke dunia.
Hussain dikonfirmasi oleh Senat pada Desember dengan suara 85-5, di mana 10 Senator tidak memilihnya. Dia mengatakan dukungan bipartisan mengirim pesan AS mendukung hak kebebasan beragama untuk semua orang di mana saja.
Hussain mengatakan kepada GMA Gedung Putih sangat prihatin dengan situasi yang terjadi misalnya genosida terhadap Rohingya, sebuah kelompok minoritas Muslim tanpa kewarganegaraan. Bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan serangan oleh militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya merupakan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Penetapan hukum itu dibuat lima tahun setelah pemerintah membunuh 9.000 orang Rohingya dan memaksa lebih dari satu juta orang lainnya diasingkan.
Hussain mengatakan penetapan itu memakan waktu karena AS harus mengumpulkan semua data dan informasi sebagai bagian dari proses hukum yang cermat. Dia mencatat langkah itu akan membantu memberikan lebih banyak bantuan untuk hukum yang dibawa oleh Gambia dan Mahkamah Internasional.
"Kami mengirimkan sinyal kuat bahwa bagi siapapun yang terlibat dalam tindakan semacam ini, kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida, kami akan meminta pertanggungjawaban mereka," katanya, dilansir di ABC News, Sabtu (16/4/2022).
"Kami juga sangat jelas akan melakukan segala yang kami bisa untuk mencegah kekejaman semacam ini terjadi," ujarnya.
Hussain yang sebelumnya menjabat sebagai utusan khusus Presiden Barack Obama untuk Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengatakan berencana menerapkan Deklarasi Marrakesh, yang mengadvokasi perlindungan hak-hak orang Kristen dan minoritas lainnya di negara-negara mayoritas Muslim.
"Itu termasuk usaha mengakhiri penggunaan undang-undang penistaan agama, undang-undang kemurtadan," katanya.
Hussain mengatakan AS mewakili kelompok agama apapun yang sedang dianiaya. "Salah satu aspek mendalam dari pekerjaan ini adalah tanggung jawab kami, yang kami anggap sangat serius, untuk bangun setiap hari dan melakukan segala yang kami bisa untuk membantu orang yang menderita," ujarnya.