REPUBLIKA.CO.ID, ROMA – Program Pangan Dunia (WFP) meminta akses agar bisa menjangkau warga Ukraina yang terjebak di medan konflik. WFP mengatakan, mereka yang terkepung bisa mati kelaparan.
“Kami meminta semua orang untuk memberi kami akses yang kami butuhkan untuk menjangkau orang-orang di kota-kota yang terkepung,” kata Direktur Eksekutif WFP David Beasley dalam sebuah pernyataan pada Jumat (15/4/2022).
Dia mengungkapkan, orang-orang yang menderita kehancuran perang adalah satu hal. “Adalah hal lainnya ketika mereka mati kelaparan,” ujar Beasley.
WFP mengatakan, mereka sedang bersiap untuk mengirimkan bantuan makanan ke 2,3 juta orang di Ukraina bulan ini. Namun WFP membutuhkan akses yang aman. WFP sudah beroperasi di Ukraina sejak pertempuran pecah pada 24 Februari lalu. Sejauh ini lembaga PBB yang berbasis di Roma itu sudah menyalurkan bantuan pangan ke 1,4 juta warga Ukraina.
Namun, WFP belum diberi akses untuk beroperasi di zona-zona konflik, termasuk Mariupol dan Mykolaiv. Mariupol merupakan salah satu medan pertempuran tersengit antara Rusia dan Ukraina. Pasukan Rusia sudah mengepung kota pelabuhan itu selama berminggu-minggu. Terdapat ribuan warga sipil terkepung di sana.
Namun, di daerah-daerah di mana pasukan Rusia telah mundur, seperti Bucha dan Irpin, WFP diberi izin atau akses untuk beroperasi. Di kedua kota tersebut, WFP membagikan pasta, nasi, minyak goreng, dan daging kaleng kepada warga sipil.
Menurut PBB, sejak pertempuran pecah pada 24 Februari lalu, lebih dari 1.300 warga sipil di Ukraina terbunuh akibat serangan Rusia. PBB memperkirakan, jumlah kematian bisa lebih tinggi. Sementara itu, warga Ukraina yang mengungsi ke negara-negara tetangga sudah menembus 5 juta orang.
Rusia dan Ukraina sudah beberapa kali melakukan negosiasi untuk mengakhiri pertempuran. Namun hingga kini proses itu belum membuahkan hasil.