Sabtu 16 Apr 2022 20:07 WIB

Rusia Bombardir Kota Lviv dan Kiev

Rusia klaim telah menghancurkan sebuah pabrik perbaikan tank di Kiev.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Tetiana Oleksienko, 69, berdiri di gerbang rumahnya, di desa Andriivka, Ukraina, pada Rabu, 6 April 2022. Pihak berwenang Ukraina mengumpulkan orang-orang yang tewas dan mengumpulkan bukti kekejaman Rusia di pinggiran Kyiv yang hancur.
Foto: AP/Adam Schreck
Tetiana Oleksienko, 69, berdiri di gerbang rumahnya, di desa Andriivka, Ukraina, pada Rabu, 6 April 2022. Pihak berwenang Ukraina mengumpulkan orang-orang yang tewas dan mengumpulkan bukti kekejaman Rusia di pinggiran Kyiv yang hancur.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pesawat tempur Rusia membombardir Kota Lviv, Ukraina, Sabtu (16/4). Rusia juga meluncurkan misil yang menghantam ibu kota Ukraina, Kiev.

Rusia mengungkapkan, pesawat tempur mereka telah menghancurkan sebuah pabrik perbaikan tank di Kiev. Ledakan dan asap terlihat di distrik Darnytski tenggara. Menurut otoritas Kiev, tim medis telah dikerahkan ke sana. Namun belum ada informasi lebih lanjut tentang apakah terdapat korban sipil.

Baca Juga

Militer Ukraina pun mengungkapkan, pesawat-pesawat tempur Rusia yang lepas landas dari Belarusia menembakkan rudal ke Lviv. Wilayah tersebut berada di dekat perbatasan Ukraina-Polandia. Militer Ukraina mengatakan, mereka berhasil menembak jatuh empat rudal jelajah Rusia.

Rusia pun mengintensifkan serangan ke kota Mykolaiv. Sebuah pabrik perbaikan kendaraan militer di sana menjadi sasaran serangan Rusia. Sementara di Mariupol, pasukan Ukraina masih bertahan di reruntuhan. Kota pelabuhan tersebut sudah dikepung Rusia selama berminggu-minggu.

“Situasi di Mariupol sulit. Pertempuran sedang terjadi saat ini. Militer Rusia terus menerus memanggil unit tambahan untuk menyerbu kota,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina Oleksandr Motuzyanyk dalam konferensi pers yang disiarkan televisi.

Jika Mariupol jatuh, ia akan menjadi kota terbesar pertama yang dikuasai Rusia sejak melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan, sembilan koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil dari zona pertempuran telah disepakati pada Sabtu. Mariupol, yang merupakan salah satu zona konflik tersengit, termasuk di dalamnya.

Vereshchuk mengungkapkan, lima dari sembilan koridor kemanusiaan yang disepakati berasal dari wilayah Luhansk. Menurut beberapa pejabat Ukraina, wilayah tersebut berada di bawah pengeboman berat.

Sebelumnya Program Pangan Dunia (WFP) telah meminta akses agar bisa menjangkau warga Ukraina yang terjebak di medan konflik. WFP mengatakan, mereka yang terkepung bisa mati kelaparan. “Kami meminta semua orang untuk memberi kami akses yang kami butuhkan untuk menjangkau orang-orang di kota-kota yang terkepung,” kata Direktur Eksekutif WFP David Beasley dalam sebuah pernyataan pada Jumat (15/4).

Dia mengungkapkan, orang-orang yang menderita kehancuran perang adalah satu hal. “Adalah hal lainnya ketika mereka mati kelaparan,” ujar Beasley.

WFP mengatakan, mereka sedang bersiap untuk mengirimkan bantuan makanan ke 2,3 juta orang di Ukraina bulan ini. Namun WFP membutuhkan akses yang aman. WFP sudah beroperasi di Ukraina sejak pertempuran pecah pada 24 Februari lalu. Sejauh ini lembaga PBB yang berbasis di Roma itu sudah menyalurkan bantuan pangan ke 1,4 juta warga Ukraina.

Namun WFP belum diberi akses untuk beroperasi di zona-zona konflik, termasuk Mariupol dan Mykolaiv. Di daerah-daerah di mana pasukan Rusia telah mundur, seperti Bucha dan Irpin, WFP diberi izin atau akses untuk beroperasi. Di kedua kota tersebut, WFP membagikan pasta, nasi, minyak goreng, dan daging kaleng kepada warga sipil.

Menurut PBB, sejak pertempuran pecah pada 24 Februari lalu, lebih dari 1.300 warga sipil di Ukraina terbunuh akibat serangan Rusia. PBB memperkirakan, jumlah kematian bisa lebih tinggi. Sementara itu warga Ukraina yang mengungsi ke negara-negara tetangga sudah menembus 5 juta orang.

Rusia dan Ukraina sudah beberapa kali melakukan negosiasi untuk mengakhiri pertempuran. Namun hingga kini proses itu belum membuahkan hasil. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement