REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Otoritas perbatasan Amerika Serikat (AS) menangkap 210.000 migran yang berusaha menyeberangi perbatasan dengan Meksiko pada Maret. Laporan ini menjadi jumlah bulanan tertinggi dalam dua dekade.
Lebih dari separuh migran yang ditemui di perbatasan AS-Meksiko dalam beberapa bulan terakhir berasal dari negara yang sudah biasa dilaporkan, seperti Meksiko, Guatemala, Honduras, dan El Salvador. Namun, para migran secara bertahap datang dari tempat-tempat yang lebih jauh, termasuk Ukraina dan Rusia.
Sebanyak 11.000 migran lainnya berusaha masuk melalui penyeberangan resmi di sepanjang perbatasan barat daya tanpa visa atau izin yang sah pada Maret. Kira-kira setengah dari migran yang ditemui diusir di bawah perintah pembatasan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Menurut statistik Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, angka yang diumumkan dalam pengajuan pengadilan ini adalah jumlah bulanan tertinggi yang tercatat sejak Februari 2000. Pejabat AS sedang mempersiapkan sebanyak 18.000 pertemuan migran per hari dalam beberapa minggu mendatang, tetapi juga bersiap untuk peningkatan yang lebih kecil.
Presiden AS Joe Biden berjanji untuk membalikkan banyak kebijakan imigrasi garis keras pendahulunya Donald Trump. Namun, dia telah berjuang secara operasional maupun politik dengan banyaknya upaya penyeberangan.
Partai Republik mengatakan mundurnya kebijakan era Trump telah mendorong lebih banyak imigrasi ilegal. Sedangkan pejabat dari pihak Biden sendiri pun telah memperingatkan bahwa migrasi dapat meningkat lebih lanjut setelah pejabat kesehatan AS mengatakan akan mengakhiri perintah perbatasan era pandemi pada 23 Mei.