REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengapreasiasi keberhasilan pesantren yang dapat menghasilkan produk-produk unggulan dengan pemasaran yang kian luas.
Ridwan Kamil mengatakan, progres pesantren yang mengikuti Program OPOP (One Pesantren One Product) se-Jawa Barat saat ini bertambah hingga 270 pesantren. "Hari ini kita memulai Program OPOP tahun 2022. Ada sekitar 270 pesantren yang menjadi peserta baru, sehingga dari total yang sudah ada sebanyak 2.574 sebagai pesantren lulusan Program OPOP di Jabar yang berhasil naik kelas sebagai pesantren mandiri secara ekonomi," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.
Program OPOP merupakan salah satu dari 17 Program untuk mewujudkan Pesantren Juara, yang bertujuan mendorong pesantren di Jabar lebih mandiri.
Sebagai upaya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat yang bertujuan untuk pengembangan ekonomi keumatan, OPOP diharapkan dapat mengikis ketimpangan gini rasio, serta menekan aktivitas urbanisasi.
Dalam acara tersebut Emil juga menyaksikan bazar produksi Pesantren Pink 03 dari Program OPOP, diantaranya cairan pencuci piring, makanan tradisional olahan pesantren, obat herbal, dan camilan.
Menurutnya, produk unggulan dari pesantren ini akan segera didaftarkan ke E-Katalog sebagai upaya peningkatan ekonomi nasional.
"Kita melihat produk-produk luar biasa di tempat yang barokah di Pesantren Pink 3 Kabupaten Bekasi ini dengan sejumlah produk unggulan, diantaranya sabun cuci, air mineral dan lain-lain," kata Emil.
"Sesuai dengan arahan Presiden untuk peningkatan penggunaan produk dalam negeri, saya titipkan agar OPOP di Pesantren Pink 03 dinaikan ke E-Katalog, sehingga nanti kita bisa membeli produk kebutuhan pemerintah di E-Katalog, salah satunya dimaksimalkan produk pesantren," imbuhnya.
Emil juga berharap tahun depan target 5.000 pesantren yang bergabung dalam Program OPOP bisa tercapai. Karena hal ini untuk membuktikan, bahwa semangat wirausaha di pesantren dan digitalalisasi tak hanya milik warga perkotaan, melainkan juga warga di perdesaan yang menjadi basis keberadaan pesantren.
"Mudah-mudahan di akhir tahun depan target 5.000 pesantren bisa tercapai, sehingga kemandirian ekonomi di Jawa Barat bisa terwujud, dakwahnya maju dan kemandirian ekonomi pun maju," katanya.