Ahad 17 Apr 2022 18:50 WIB

Seruan Boikot G20 Dinilai Ancam Kedaulatan Indonesia

Pernyataan Menkeu Keuangan AS tersebut dinilai sebuah ancaman.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie persoalan Rusia dan Ukraina merupakan urusan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Karena itu, Indonesia harus menolak upaya penggiringan yang dilakukan Amerika Serikat dan negara barat untuk mengambil sikap terkait konflik antara Rusia dan Ukraina.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie persoalan Rusia dan Ukraina merupakan urusan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Karena itu, Indonesia harus menolak upaya penggiringan yang dilakukan Amerika Serikat dan negara barat untuk mengambil sikap terkait konflik antara Rusia dan Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pertahanan dan Militer Connie Rahakundini Bakrie menilai, seruan untuk memboikot sejumlah pertemuan di forum G20 yang disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Amerika Serikat, Janet Yellen, ancam kedaulatan Indonesia. Indonesia sebagai negara yang berdaulat semestinya tidak boleh diancam.

"Sudah mengancam dan sebagai negara berdaulat, kita nggak boleh diancam dan jangan mau kita diancam," kata Connie dalam diskusi daring, Ahad (17/4).

Menurutnya, persoalan Rusia dan Ukraina merupakan urusan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Karena itu, Indonesia harus menolak upaya penggiringan yang dilakukan Amerika Serikat dan negara barat untuk mengambil sikap terkait konflik antara Rusia dan Ukraina. 

"Biden siapapun kawan-kawannya they have to respect us non alignment position tadi," tegasnya. 

Senada, Anggota Komisi I DPR Muhammad Farhan menilai, pernyataan Menkeu Keuangan AS tersebut dinilai sebuah ancaman. Karena itu, Indonesia dinilai perlu melakukan manuver. 

"Itu sebabnya menggalang diskusi atau kesepakatan positioning bersama dengan Brazil dan India itu akan sangat strategis," ucapnya.

Politikus Partai NasDem itu menilai, forum G20 akan menjadi forum penting bagi Amerika Serikat. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia dan negara G20 lainnya menyeimbangkan kekuatan ekonomi Amerika saat ini.

"Kekuatan ekonomi pun ketika China bangkit, dan India serta Rusia, Brazil, dan Indonesia menjadi gabungan pasar terbesar di dunia menandingi size pasar Amerika, maka memang saatnya sekarang kita kemudian melakukan manuver untuk menyeimbangkan hal tersebut," tuturnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement