REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran telah memindahkan fasilitas sentrifugal ke situs nuklir bawah tanah Natanz. Pemindahan ini terjadi beberapa hari setelah pengawas atom PBB akan memasang kamera pengintai untuk memantau aktivitas pengayaan uranium, atas permintaan Teheran.
Kantor berita resmi IRNA mengutip juru bicara organisasi energi atom Iran, Behrouz Kamalvandi mengatakan, pihak berwenang telah memindahkan operasi sentrifugal ke tempat yang lebih aman. Fasilitas sentrifugal Iran di Karaj menjadi sasaran serangan sabotase pada Juni.
Sementara fasilitas Natanz telah dua kali menjadi sasaran serangan sabotase di tengah ketidakpastian kesepakatan nuklir. Iran menuding serangan itu dilakukan oleh Israel.
“Sayangnya karena operasi teroris yang terjadi terhadap Karaj, kami diwajibkan untuk mengintensifkan langkah-langkah keamanan, di mana kami memindahkan bagian penting dari mesin dan memindahkan sisanya ke Natanz dan Isfahan,” kata Kamalvandi.
Isfahan adalah lokasi fasilitas nuklir Iran lainnya. Pada Kamis (14/4/2022), Badan Energi Atom Internasional yang berbasis di Wina, telah memasang kamera dan melepas segel dari mesin di fasilitas baru di Natanz dua hari sebelumnya. Mesin-mesin itu akan digunakan untuk membuat tabung rotor centrifuge dan bellow, yaitu bagian penting untuk perangkat yang berputar dengan kecepatan sangat tinggi untuk memperkaya gas uranium.
Pembicaraan antara Iran dan kekuatan dunia di Wina untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA telah terhenti). Ada kekhawatiran bahwa Iran bisa lebih dekat untuk dapat membuat senjata atom.
Pada 2018, mantan Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat dari JCPOA secara sepihak dan menjatuhkan sanksi berat terhadap Iran. Sejak itu, Iran telah meningkatkan pengayaan uranium yang mendekati tingkat senjata nuklir.
Kesepakatan nuklir Iran menempatkan sentrifugal canggih ke dalam penyimpanan di bawah pengawasan IAEA. Termasuk menjaga pengayaan uranium pada tingkat kemurnian 3,67 persen dan persediaannya hanya 300 kilogram (661 pon).
Pada 19 Februari, IAEA mengatakan persediaan Iran dari semua uranium yang diperkaya hampir 3.200 kilogram (7.055 pon). Beberapa telah diperkaya dengan tingkat kemurnuan hingga 60 persen. Sementara itu, Iran telah menghentikan IAEA untuk mengakses rekaman kamera pengintainya.
Kamalvandi menegaskan kembali sikap Iran bahwa, mereka tidak akan memberikan data dari kamera ke badan nuklir PBB jika kesepakatan JCPOA tidak tercapai. Iran telah lama bersikeras bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai. Namun, badan intelijen AS dan IAEA percaya, Iran memiliki program nuklir militer terorganisir.