REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Profesional Sumatra Bagian Selatan (Maspro Sumbagsel) mendorong percepatan pembangunan wilayah Sumbagsel guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Pembangunan infrastruktur, termasuk soal konektivitas, perlu dipercepat agar terbentuk aglomerasi ekonomi Sumbagsel.
Hal tersebut menjadi pesan utama dari seminar nasional “Membangun Aglomerasi Sumbagsel Jilid II dengan tema "Komitmen Dulur Kito Untuk Konektivitas Sumbagsel” yang diselenggarakan Maspro Sumbagsel, di Ciputra Artprenuer, Jakarta, Sabtu (16/4). Seminar ini dihadiri Menteri BUMN Erick Thohir yang merupakan “dulur kito” asal Gunung Sugih, Lampung. Lalu, dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dari Palembang dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang pernah tinggal di Sumatra Selatan. Menteri-menteri tersebut merupakan profesional yang berasal dari Sumbagsel.
Hadir pula Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna, Wakil Ketua BPK Agus Joko Pramono, dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) M Yusuf Ateh. Ketiganya juga merupakan tokoh yang berasal dari Sumbagsel.
Selain ketiga menteri dan pimpinan lembaga negara, hadir lima gubernur se-Sumbagsel. Para pemangku kepentingan tersebut sepakat memajukan aglomerasi Sumbagsel untuk Indonesia. Mereka menilai, perlu percepatan pembangunan aglomerasi ekonomi di kawasan ini, yang tujuan besarnya adalah untuk melahirkan konektivitas antarwilayah di Sumbagsel, yang makin efektif dan efisien. Tujuannya agar perputaran roda perekonomian dapat berlangsung semakin cepat.
Ketua Maspro Sumbagsel Mahatma Gandhi menjelaskan, jika pembangunan insfrastruktur di Sumbagsel rampung, maka aglomerasi ekonomi Sumbagsel akan terbentuk dengan sendirinya. Dan, jika seluruh wilayah Sumbagsel telah tersambung, mobilitas masyarakat akan semakin efektif dan efisien.
Hal tersebut akan menimbulkan efek berganda. Semua potensi di Sumbagsel, baik itu sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) akan tereksplorasi dengan baik, sehingga akan melahirkan nilai-nilai ekonomi yang lebih tinggi.
“Jika pembangunan infrastruktur di Sumbagsel bisa dipercepat, aglomerasi ekonomi di lima provinsi akan tercipta dengan sendirinya. Lima provinsi menjadi satu kekuatan untuk Indonesia, untuk Nusantara,” kata Gandhi dalam siaran pers, Ahad (17/4/2022).
Sebelumnya, dari seminar Jilid I, hasil kajian membangun aglomerasi Sumbagsel untuk Nusantara mencatat beberapa hal, yaitu perlunya percepatan pembangunan kawasan aglomerasi Sumbagsel melalui sinergitas peran pemerintah pusat, pemda, BUMN dan swasta, serta diaspora Sumbagsel yang berkiprah di pemerintah pusat.
Sekjen Maspro Sumbagsel Hafiz Tinerizza menambahkan, Maspro Sumbagsel merupakan organisasi yang dibentuk sebagai wadah bagi para profesional yang lahir, berasal, dan atau pernah sekolah di Sumbagsel. Tokoh-tokoh yang tergabung dalam organisasi ini berkomitmen untuk berkontribusi secara berkelanjutan bagi pembangunan Sumbagsel.
“Organisasi Maspro Sumbagsel ini terbentuk dari kedekatan dan kemiripan budaya. Sifatnya tentu saja sukarela dan terbuka untuk sharing dan berkolaborasi satu sama lain demi kemajuan Sumbagsel khususnya, dan Indonesia pada umumnya,” pungkas Hafiz.
Menteri BUMN Erick Thohir dalam seminar tersebut menegaskan komitmennya dalam mendukung pengembangan Sumbagsel. Erick menyampaikan Indonesia memang harus merajut hubungan dengan Asia Tenggara, namun juga perlu melihat lebih dalam pada potensi yang ada di lingkup daerah. Erick menilai hal ini sejalan dengan tren globalisasi yang berubah menjadi regionalisasi.
"Kita tidak mungkin terus bersandar pada ekonomi di Jawa, nah Sumbagsel ini kawasan menarik," ujar Erick.
Erick mengatakan Indonesia akan menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang tentunya harus memiliki peta jalan sendiri, yakni dalam hal hilirisasi sumber daya alam (SDA) dan isu pangan. Data dunia menunjukkan harga pangan akan terus naik dan tidak akan turun lagi sampai 2030. Erick menilai Indonesia harus memiliki strategi dalam menghadapi tantangan gejolak pangan tersebut.
Erick menyebut hal ini menjadi kesempatan bagi Sumbagsel untuk memaksimalkan potensi SDA dan pangan. Erick mengajak Sumbagsel mengubah pola pikir agar tak terus menerus terjebak pada ekspor bahan mentah. "Kita salah produsen timah terbesar di dunia, yang selama ini Indonesia di semua SDA masih terjebak mindset jual bahan mentah, masih 50 persen, padahal tetangga-tetangga sudah bisa menekan di bawah 20 persen," ungkap Erick.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement