REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Di sebuah salon di Sharjah, Uni Emirat Arab (UEA), pekerja Muslim, Kristen, dan Hindu dari India dan Pakistan duduk bersama dan berbagi makanan berbuka puasa setiap hari. Mereka tidak hanya berbagi makanan tetapi juga perasaan dan momen bahagia yang mereka alami bersama.
Ali Haider dari Pakistan dan Nafees Ahmed dan Rukhshad Jaber Ali dari India bergabung dengan rekan Kristen mereka Rohail Ghauri dari Pakistan dan teman Hindu Denmark Hans dari India selama berbuka puasa.
“Bagian terbaik dari Ramadhan di sini adalah berbuka puasa bersama dengan rekan-rekan. Sebuah keluarga Pakistan, yang tinggal di gedung yang sama, memberi kami biryani setiap hari untuk berbuka puasa. Beberapa orang dermawan lainnya juga berbagi makanan mereka dengan kami,” kata Nafees Ahmed, yang telah tinggal di UEA selama lima tahun terakhir.
Ia bekerja dari pukul 09.00 sampai 00.00 sehingga tidak memiliki waktu untuk memasak di rumah. Setelah sholat maghrib pun, toko akan ramai karena pelanggan mulai datang setelah berbuka puasa.
Ali Haider, yang telah menjadi penduduk UEA selama dua tahun, berbuka puasa di toko setiap tahun. Selain mereka, ada juga karyawan dari toko lain yang ikut bergabung untuk berbuka puasa bersama.
“Kami menikmati kebersamaan satu sama lain,” kata Haider, yang bekerja untuk menghidupi lima saudara kandung dan dua orang tuanya di Pakistan.
Rukhshad Jaber Ali merupakan pendatang baru di UEA dan ini adalah Ramadhan pertamanya tanpa keluarga. Ia baru tujuh bulan di UEA dan mulai terbiasa dengan lingkungan barunya.
“Aku sangat merindukan keluargaku karena ini pertama kalinya aku jauh dari mereka. Saya selalu berbuka puasa dengan keluarga saya ketika saya di India,” katanya, dilansir dari Khaleej Times, Senin (18/4/2022)
Hans Denmark, yang juga berasal dari negara bagian Punjab, India, mengatakan sangat menyenangkan duduk dan makan bersama teman-teman Muslim. “Ini adalah pengalaman yang berbeda dan sangat bagus yang tidak saya dapatkan di India,” tuturnya.
Rukhshad tidak mengirimkan uang kepada keluarganya selama tujuh bulan terakhir karena dia kehilangan penghasilannya karena beberapa denda. Sedangkan Haider mengatakan mereka tidak melihat pelanggan pada siang hari selama Ramadhan karena musim panas.
“Kami tidak punya banyak pekerjaan hari ini. Hanya setelah buka puasa, pelanggan mulai mengunjungi salon. Karena ini adalah sistem berbasis komisi, kami memperoleh penghasilan yang layak dalam beberapa bulan. Tapi ada bulan-bulan yang tidak menghasilkan uang sama sekali, jadi tidak bisa kirim uang ke keluarga kami,” kata Haider.
Ada bulan-bulan tidak ada pemasukan sama sekali. Bahkan di bulan Ramadhan pun tidak banyak pemasukan kecuali saat hari raya Idul Fitri.
“Pelanggan jarang mengunjungi salon pada siang hari di bulan ini karena mereka sedang berpuasa dan lebih memilih berdiam diri di rumah,” kata Ahmed.