REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi mengungkapkan bahwa ibadah puasa memiliki banyak sekali hikmah. Menurut dia, salah satu hikmah dari sekian banyak hikmah puasa Ramadhan adalah puasa dapat menjadi diet jasmani dan rohani manusia.
“Puasa merupakan salah satu bentuk pengobatan ampuh bagi manusia, yaitu sebagai “diet” jasmani dan rohani,” jelas Nursi dikutip dari bukunya yang berjudul “Misteri Puasa, Hemat, dan Syukur” terbitan Risalah Nur Press.
Menurut Nursi, hal itu sebagaimana telah diakui oleh ilmu kedokteran. Sebab, kata dia, ketika nafsu manusia ingin bebas dalam urusan makan dan minum, ia akan mendatangkan sejumlah bahaya fisik dalam kehidupan pribadinya.
Demikian halnya ketika manusia melahap apa yang berada di hadapannya tanpa peduli apakah halal atau haram, maka ia akan meracuni kehidupan maknawinya hingga nafsunya sulit untuk taat kepada kalbu dan roh.
“Nafsu ini mengambil alih kendali dengan bebas merdeka tanpa mengetahui arah tujuan. Manusia tak bisa lagi mengendalikannya, malah ia yang mengendalikan manusia,” kata Nursi.
Adapun pada bulan Ramadhan, lanjut dia, nafsu manusia terbiasa melakukan sejenis diet lewat puasa dan berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan penyucian dan latihan serta belajar untuk menaati perintah.
Karena itu, menurut Nursi, orang yang berpuasa tidak terkena berbagai penyakit yang diakibatkan oleh penuhnya perut dan penumpukan makanan. Ia siap mendengar sejumlah perintah yang bersumber dari akal dan syariat. Ia juga tidak mau jatuh ke dalam hal yang haram lewat upayanya meninggalkan yang halal, serta berusaha tidak merusak kehidupan maknawinya.
Kemudian, lanjut Nursi, pada umumnya kebanyakan orang akan diuji dengan rasa lapar. Karena itu, mereka membutuhkan latihan, yaitu dengan cara lapar yang melatih manusia untuk bisa bersabar dan bertahan.
Dia menambahkan, Puasa Ramadhan merupakan bentuk latihan, pembiasaan, dan kesabaran menahan lapar sepanjang 15 jam atau 24 jam bagi yang tidak bersahur. “Jadi, puasa merupakan terapi ampuh untuk mengobati ketidaksabaran dan ketidaktangguhan manusia yang melipatgandakan berbagai musibah yang menimpanya,” jelas Nursi.