REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kebanyakan orang di Timur Tengah menghabiskan lebih banyak uang di bulan Ramadhan, terutama untuk makanan dan bahan makanan. Terlepas dari pemotongan harga dan diskon yang sering ditawarkan oleh penjual untuk menarik pembeli selama bulan suci, mereka sering kali masih mendapatkan keuntungan yang signifikan karena peningkatan volume dan peningkatan permintaan barang.
Karena meningkatnya keramahan yang terjadi di bulan Ramadhan, dengan orang-orang mengundang keluarga dan teman untuk makan berbuka puasa tradisional, ada peningkatan permintaan terutama untuk makanan. Pola belanja keluarga dan lonjakan konsumsi, dengan sayuran, buah, dan daging, semuanya dikonsumsi saat berbuka puasa, kemudian mengalami peningkatan penjualan.
Makanan penutup seperti konafa, qatayef, dan lainnya juga mengalami lonjakan penjualan, bersama dengan kacang yang digunakan sebagai topping diatasnya dan juga digunakan dalam banyak resep terkenal. Penjualan pakaian juga meningkat di bulan Ramadhan, terutama untuk qaftan yang dikenakan oleh wanita.
Baju baru dibeli oleh semua orang pada paruh kedua bulan suci, karena persiapan untuk Idul Fitri, hari libur yang menandakan berakhirnya Ramadhan. Tasbih dan sajadah juga mengalami lonjakan penjualan.
Bahan-bahan minuman Ramadhan seperti asam, licorice, jus alami, dan santan semuanya terjual lebih banyak dari biasanya. Kurma dijual dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada selama sisa tahun ini. Ada peningkatan permintaan untuk roti, kacang-kacangan, dan keju yang semuanya dimakan untuk sahur sebelum puasa dimulai.
Penjualan mainan anak-anak juga meningkat di bulan Ramadhan, mungkin untuk membuat anak-anak lebih bahagia di tengah indahnya suasana bulan suci. Saat jutaan umat Islam mempersiapkan Idul Fitri, kesehatan dan kecantikan, fashion, makanan dan minuman, bahkan produk rumah tangga menjadi produk yang banyak dicari.