REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Pemerintah Afrika Selatan (Afsel) telah mengumumkan keadaan bencana nasional pada Senin (18/4/2022) malam. Hal itu menyusul banjir bandang di provinsi KwaZulu-Natal timur yang sudah menelan ratusan korban jiwa.
"Kabinet bertemu dalam sesi khusus tadi malam dan memutuskan untuk mengumumkan keadaan bencana nasional," kata Presiden Afsel Cyril Ramaphosa dalam pidato yang disiarkan televisi, dikutip Anadolu Agency.
Dia mengungkapkan, banjir yang mulai terjadi pekan lalu akibat tingginya intensitas hujan telah menyebabkan 433 orang tewas. Sebanyak 48 lainnya masih dinyatakan hilang. “Banjir telah menyebabkan kerusakan parah pada rumah, bisnis, jalan, jembatan dan infrastruktur air, listrik, kereta api serta telekomunikasi,” ujar Ramaphosa.
Ramaphosa mengatakan, banjir juga telah menyebabkan hampir 4.000 rumah hancur total dan lebih dari 8.300 lainnya mengalami rusak sebagian. Hal itu memaksa lebih dari 40 ribu warga mengungsi. “Ini adalah bencana kemanusiaan yang membutuhkan upaya bantuan besar-besaran dan mendesak. Nyawa, kesehatan, dan kesejahteraan ribuan orang masih dalam bahaya,'' ucapnya.
Aktivitas bisnis pun sangat terdampak karena banjir merusak akses ke Pelabuhan Durban, salah satu terminal pengiriman terbesar dan tersibuk di Afrika. “Akses ke pelabuhan telah terganggu oleh kerusakan parah pada Jalan Bayhead, yang menghubungkan operasi pelabuhan Durban ke seluruh negeri,” ungkap Ramaphosa, seraya menambahkan bahwa rute tersebut menangani 13 ribu kendaraan berat per hari.
Di bidang pendidikan, lebih dari 270 ribu pelajar turut terimbas karena banjir merusak lebih dari 600 sekolah. Ramaphosa mengatakan, saat ini pemerintah pusat akan bekerja sama dengan pemerintah kota dan provinsi untuk mengelola serta mengatasi dampak bencana.
Dia mengungkapkan, pemerintah akan berusaha membangun kembali rumah yang rusak dan menyediakan kebutuhan dasar bagi para korban. Selain itu, infrastruktur publik yang terimbas bakal turut diperbaiki dan dibangun kembali.