REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Luar Negeri Prancis Bruno Le Maire mengatakan embargo minyak Rusia di tingkat Uni Eropa sedang dikerjakan. Ia menambahkan Presiden Prancis Emmanuel Macron menginginkan langkah tersebut.
"Saya berharap dalam beberapa pekan kedepan kami akan menyakinkan mitra-mitra Eropa untuk berhenti mengimpor minyak Rusia," kata Le Maire pada stasiun radio Europe 1, Selasa (19/4/2022).
Sejak pekan pertama bulan ini Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sudah meminta politisi-politisi Barat untuk segera mengembargo minyak Rusia. Ia mengatakan kegagalan melakukan itu akan mengakibatkan hilangnya nyawa rakyat Ukraina.
Dalam pidatonya yang disiarkan melalui video pada Kamis (7/4/2022) dua pekan yang lalu Zelenskyy mengatakan Moskow mendapatkan begitu banyak uang dari ekspor minyak yang membuat mereka tidak akan menanggapi serius perundingan damai. Ia mendesak "dunia demokrasi" untuk menolak minyak Rusia.
"Sejumlah politisi masih tidak bisa memutuskan bagaimana membatasi aliran dolar untuk bensin dan euro untuk minyak ke Rusia sehingga mendorong perekonomian mereka dalam resiko," kata Zelenskyy.
Namun Jerman masih enggan melakukannya walaupun sepakat untuk terus menekan Rusia melalui sanksi-sanksi. Tiga hari sebelumnya, Ahad (4/4/2022) Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengatakan Uni Eropa harus berusaha memutus semua hubungan ekonomi dengan Rusia. Tapi ia tetap ragu segera mengembargo impor gas Rusia.
"Kami berurusan dengan penjahat perang, jelas kami harus secepat mungkin mengakhiri semua hubungan ekonomi dengan Rusia, gas tidak bisa digantikan dalam waktu singkat," katanya di hadapan rekan-rekannya di Uni Eropa.
Ia mengatakan semua opsi siap dipilih tetapi menegaskan dampak larangan semua impor energi Rusia lebih buruk pada negara anggota Uni Eropa dibanding Rusia. Maka, tambahnya, Uni Eropa harus melihat terpisah kemungkinan melarang minyak, batu bara atau gas yang dapat digantikan dengan kecepatan yang bervariasi.