REPUBLIKA.CO.ID,RIYADH -- Arab Saudi mengutuk tindakan penyalahgunaan yang disengaja terhadap Alquran, serta provokasi dan hasutan terhadap Muslim, oleh beberapa ekstremis di Swedia.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Saudi menekankan pentingnya upaya bersama untuk menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi dan koeksistensi.
Kementerian juga menekankan penolakan terhadap kebencian, ekstremisme dan pengucilan. Lebih lanjut, Kerajaan menyoroti upaya untuk mencegah penyalahgunaan semua agama dan tempat suci.
Dilansir di Arab News, Selasa (19/4), tiga orang di kota Norrkoping Swedia membutuhkan perawatan medis setelah terkena peluru polisi selama bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa, menyusul pembakaran Alquran yang menyebabkan kerusuhan di beberapa kota Swedia selama akhir pekan Paskah.
Di beberapa tempat, pengunjuk rasa kontra menyerang polisi sebelum demonstrasi ekstremis sayap kanan yang direncanakan. Perdana Menteri Magdalena Andersson mengutuk kekerasan tersebut.
“Tiga orang tampaknya terkena pantulan dan sekarang dirawat di rumah sakit. Ketiganya yang terluka ditangkap karena dicurigai melakukan kejahatan,” kata polisi Swedia dalam sebuah pernyataan. Lebih lanjut, disampaikan tidak ada cedera yang mengancam jiwa.
Polisi mengatakan situasi di Norrkoping tenang pada Ahad (17/4) malam. Polisi dan pengunjuk rasa telah terlibat dalam bentrokan serius selama beberapa hari terakhir, yang mengakibatkan beberapa polisi menderita luka-luka dan beberapa kendaraan dibakar.
Kekerasan dimulai pada Kamis (14/4), setelah demonstrasi yang diselenggarakan oleh Rasmus Paludan, pemimpin garis keras partai politik sayap kanan Denmark. Paludan, yang memiliki izin untuk serangkaian demonstrasi di seluruh Swedia selama akhir pekan Paskah, dikenal dengan aksi pembakaran Alquran.
Sumber:
https://www.arabnews.com/node/2065246/saudi-arabia