Rabu 20 Apr 2022 01:30 WIB

Nasib Pengusaha Fesyen Ukraina Tumbang akibat Perang

Pengusaha fesyen ikut terdampak akibat perang Ukraina dan Rusia

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Christiyaningsih
Orang-orang menunggu transportasi selama evakuasi warga sipil di stasiun bus di Kramatorsk, Ukraina, Minggu, 17 April 2022.
Foto: AP/Andriy Andriyenko
Orang-orang menunggu transportasi selama evakuasi warga sipil di stasiun bus di Kramatorsk, Ukraina, Minggu, 17 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV - Pemilik merek fesyen terkenal di Ukraina Artem Gorelov mencoba bertahan hidup di salah satu bagian paling brutal di Ukraina, pinggiran kota Bucha di Kiev yang diduduki Rusia. Sekarang ia berdiri di ruangan yang tenang di bawah sinar matahari sore, membuat topi buatan tangan untuk merek fesyen lokal yang dikenakan oleh Madonna dan ibu negara Ukraina.

Dilansir Associated Press belum lama ini, Artem telah bergabung dengan migrasi besar-besaran Ukraina ke barat ke kota Lviv, dekat Polandia. Dan, yang tidak biasa, perusahaan dengan 100 karyawan tempat dia bekerja tiba bersamanya. Mencari keamanan tetapi bertekad untuk tidak meninggalkan Ukraina, merek Ruslan Baginskiy adalah salah satu bisnis yang tumbang di tengah perang.

Baca Juga

Pengeboman harian membuat tiga pendiri perusahaan membuat keputusan untuk melarikan diri. Sementara beberapa karyawan tersebar ke bagian lain Ukraina atau ke negara lain, sekitar sepertiga memindahkan barang-barang penting perusahaan ke Lviv dua minggu lalu. Kota-kota yang dulu disebut rumah oleh karyawan pembuat topi telah hancur berantakan.

"Begitu banyak tentara Rusia. Saya melarikan diri dari Bucha dekat ibu kota. Itu bahkan tidak mungkin untuk bertahan," kata Artem.

Kedatangannya di Lviv, dimana kehidupan terus berjalan dan toko-toko modis tetap buka, sungguh tidak nyata. Butuh berhari-hari untuk menyesuaikan. "Saya merasa santai melakukan ini," katanya. Sebuah topi baru sedang dibuat di atas meja di depannya.

Di sudut lain dari ruang kerja darurat, Svetlana Podgainova mengkhawatirkan keluarganya di wilayah Luhansk yang dikuasai separatis di Ukraina timur, di mana separatis pro-Moskow telah berjuang untuk mendapatkan kendali selama hampir delapan tahun. Sudah sulit untuk mengunjungi keluarga bahkan sebelum invasi. Sekarang kakaknya tidak bisa meninggalkan wilayah itu.

Dia merasa tidak enak melihat rekan-rekannya dari bagian lain Ukraina ditarik ke dalam perang dan berharap kehidupan normal akan kembali untuk mereka semua.  "Sampai saat itu, saya sangat ingin kembali bekerja. Itu memenuhi pikirannya dan membuatnya merasa tidak sendirian di kota baru dan dia menyebut rekan-rekannya sebagai keluarga besar," kata dia.

Karyawan pembuat topi termasuk di antara sekitar 200 ribu orang terlantar yang sekarang tinggal di Lviv, dengan salah satu pendiri sekarang berbagi apartemen dengan beberapa orang lain. Mempertimbangkan tantangan, tahun ini mungkin akan menjadi yang terburuk dalam enam tahun sejarah perusahaan. Akan tetapi ini adalah sesuatu yang akan dilalui dan mereka berharap semoga menjadi lebih kuat.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement