Rabu 20 Apr 2022 05:15 WIB

Demi Uang, Eks Tentara Ethiopia Ingin Gabung Pasukan Tempur Rusia di Ukraina

Sebagian besar mereka yang mendaftar perang bermotif ekonomi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Reruntuhan kendaraan terlihat di Pabrik Metalurgi Illich Iron & Steel Works, perusahaan metalurgi terbesar kedua di Ukraina, di daerah yang dikendalikan oleh pasukan separatis yang didukung Rusia di Mariupol, Ukraina, Sabtu, 16 April 2022.
Foto: AP/Alexei Alexandrov
Reruntuhan kendaraan terlihat di Pabrik Metalurgi Illich Iron & Steel Works, perusahaan metalurgi terbesar kedua di Ukraina, di daerah yang dikendalikan oleh pasukan separatis yang didukung Rusia di Mariupol, Ukraina, Sabtu, 16 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Ratusan warga Etiopia memadati gerbang Kedutaan Besar Rusia di ibu kota Addis Ababa, untuk menyerahkan surat kepercayaan mereka sebagai mantan tentara dan pergi berperang bersama pasukan Rusia di Ukraina. Salah satu mantan tentara Tarekegn Wassie, ikut mengantre dan mendaftarkan diri.

“Saya mendengar bahwa pendaftaran sedang berlangsung di kedutaan.  Beberapa mengatakan itu adalah pekerjaan untuk perusahaan keamanan swasta Rusia, yang lain mengatakan itu untuk bergabung dalam mendukung tentara Rusia. Bagaimanapun, saya di sini mencoba keberuntungan," ujar Tarekegn dilansir Anadolu Agency, Selasa (19/4).

Baca Juga

Tarekegn memiliki pengalaman bertempur dalam perang  Ethiopia-Eritrea dari 1998 hingga 2000. Dia memegang dokumennya erat-erat di depan kedutaan. Sebagian besar pelamar merupakan pria berusia pertengahan tiga puluhan dan awal empat puluhan.

“Saya mencintai Rusia dan jika itu memberi saya penghasilan yang lebih baik, biarkan itu terlepas dari risiko yang ada,” kata Tarekegn.

Sebagian besar pelamar mengatakan, motif mereka untuk mendaftar adalah masalah ekonomi. Mereka ingin memiliki kehidupan yang lebih baik untuk keluarga mereka.

Kedutaan Besar Rusia membantah soal itu perekrutan. Pemerintah Ethiopia sejauh ini bungkam tentang masalah pendaftaran tersebut.

"Terima kasih telah datang ke sini untuk menunjukkan dukungan bagi Rusia, tetapi kami memiliki cukup tentara dan layanan Anda mungkin tidak diperlukan saat ini,” ujar seorang atase di Kedutaan Rusia kepada kerumunan.

Sejumlah dokumen asli keluar dari gedung kedutaan. Sementara dokumen lainnya sedang dikumpulkan dan dibawa melalui sebuah ruangan kecil, yang terhubung dengan pintu masuk utama.

Di sisi lain, ada laporan yang menuduh bahwa Ukraina telah berusaha merekrut tentara Afrika. Laporan ini mendapat kecaman dari Nigeria, Senegal, dan Aljazair.

Menurut perkiraan PBB, etidaknya 2.072 warga sipil telah tewas dan 2.818 terluka di Ukraina. Sementara lebih dari 4,9 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke negara lain, dan lebih dari 7 juta mengungsi secara internal.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement