Rabu 20 Apr 2022 00:34 WIB

Outlook Pasar Saham Indonesia Positif di Tengah Tekanan Sentimen Global

Saat ini pasar saham Indonesia kembali masuk dalam radar investor.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya (ilustrasi).
Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham Indonesia disebut memiliki outlook positif sepanjang tahun ini meski di tengah tekanan sentimen global. Beberapa faktor yang mempengaruhi sentimen pasar global antara lain lonjakan harga komoditas karena konflik Rusia-Ukraina, postur kebijakan suku bunga The Fed yang agresif, dan lonjakan kasus Covid-19 di China. 

Senior Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Samuel Kesuma mengatakan, ketiga faktor ini saling berhubungan karena berdampak pada outlook pertumbuhan ekonomi dunia.

Baca Juga

"Lonjakan harga komoditas dapat mempengaruhi inflasi secara global dan berdampak pada daya beli masyarakat, serta dapat mempengaruhi postur kebijakan bank sentral global menjadi lebih agresif untuk menangani inflasi," kata Samuel dalam keterangan resmi, Selasa (19/4/2022).

Sentimen pasar juga kembali dibebani oleh kasus Covid-19 yang melonjak di China, terutama karena kebijakan zero Covid di Cina. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan penguncian wilayah secara luas dan mempengaruhi kapabilitas China sebagai pabrik dunia. 

Menurut Samuel, Indonesia saat ini berada pada area sweet spot yang membuat pasar saham Indonesia kembali masuk dalam radar investor. Beberapa faktor menjadi katalis bagi pasar saham Indonesia. 

Dari perspektif makroekonomi, Indonesia berada dalam siklus pemulihan yang menarik bagi investor yang mencari pertumbuhan di tengah tren normalisasi ekonomi global saat ini. Indonesia juga merupakan net eksportir komoditas yang dipandang diuntungkan dari kenaikan harga komoditas saat ini dan dapat menjadi tempat berlindung bagi investor global. 

Selain itu, stabilitas nilai tukar Rupiah dan makroekonomi yang solid. Posisi Indonesia dan ASEAN yang netral di tengah tensi geopolitik antara negara barat dengan Rusia meminimalisir risiko geopolitik terhadap Indonesia. 

Secara keseluruhan, Samuel memandang positif outlook pasar Indonesia tahun ini didukung oleh bauran faktor pendukung dari pemulihan ekonomi domestik dan dinamika pasar global yang suportif bagi Indonesia. 

Samuel mengakui, kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) secara agresif akan sedikit mempengaruhi pasar saham Indonesia. Rapat FOMC bulan Maret menjadi titik balik bagi pasar. The Fed menegaskan fokus kebijakannya untuk menanggulangi inflasi dan menekankan kondisi ekonomi sudah kuat untuk menghadapi kenaikan suku bunga. 

Kejelasan arah kebijakan The Fed mengurangi spekulasi pasar dan mendukung perbaikan sentimen yang terlihat dari kinerja indeks S&P 500 yang menguat pasca rapat FOMC The Fed. "Secara keseluruhan kami melihat pasar telah memperhitungkan The Fed akan bergerak secara agresif sehingga kenaikan suku bunga yang agresif tidak berdampak negatif bagi outlook pasar saham," kata Samuel. 

Di sisi lain, Samuel berpendapat, ekspektasi pasar terlalu agresif. Berdasarkan data dari Bloomberg, ekspektasi pasar untuk Fed rate dapat mencapai 2,25 - 2,50 persen tahun ini, lebih tinggi dari median proyeksi The Fed di level 2 persen. Oleh karena itu terdapat potensi berita baik bagi pasar apabila kenaikan Fed rate tidak seagresif ekspektasi pasar. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement