Rabu 20 Apr 2022 01:15 WIB

Serikat Pengusaha di Jerman Sepakat Tolak Boikot Eropa Soal Gas Rusia

Boikot Eropa pada gas Rusia dapat menghentikan operasional seluruh industri di Jerman

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Christiyaningsih
Boikot Eropa pada gas Rusia dapat menghentikan operasional seluruh industri di Jerman. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Emilio Morenatti
Boikot Eropa pada gas Rusia dapat menghentikan operasional seluruh industri di Jerman. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Serikat pengusaha di Jerman sepakat untuk menentang boikot Uni Eropa terhadap penggunaan gas asal Rusia. Seperti diwartakan Euronews, Selasa (19/4) serikat pengusaha itu berpendapat boikot tersebut dapat menghentikan operasional seluruh industri di Berlin.

"Embargo gas akan menyebabkan hilangnya produksi, penghentian, deindustrialisasi lebih lanjut, dan hilangnya posisi kerja jangka panjang di Jerman," kata Ketua Kelompok pengusaha BDA Rainer Dulger dan Ketua Konfederasi serikat pekerja DGB, Reiner Hoffmann dalam pernyataan bersama.

Baca Juga

Banyak tokoh di Jerman menyerukan larangan Uni Eropa untuk mengimpor gas Rusia menyusul invasi Moskow itu ke Ukraina. Serikat pengusaha memahami bahwa sanksi lanjutan memang diperlukan guna menekan Rusia atas invasi tersebut.

Meski demikian, mereka meminta agar sanksi yang diterapkan juga memiliki dampak minimal bagi para pengusaha. Mereka menambahkan, boikot impor gas Rusia akan menyebabkan hilangnya pekerjaan dan penutupan pabrik, terlebih Jerman merupakan ekonomi terbesar di Eropa.

"Dalam diskusi saat ini, kami tidak melihat itu," kata serikat tersebut.

Para menteri Uni Eropa saat ini sedang memperdebatkan potensi embargo minyak Rusia. Hal tersebut menyusul para pemimpin Ukraina yang mengatakan bahwa pendapatan dari penjualan energi mendanai upaya perang Rusia di Ukraina.

Embargo impor minyak dan gas asal Rusia juga mengikuti keputusan Uni Eropa pada April lalu untuk melarang impor batu bara Rusia. Jerman, Italia, Hongaria, dan Austria merupakan negara yang segan untuk memberikan sanksi impor gas dan minyak dari negara tersebut karena mereka sangat bergantung pada energi Rusia.

Kanselir Jerman Olaf Scholz telah memperingatkan bahwa penghentian tiba-tiba gas Rusia akan menjerumuskan seluruh Eropa ke dalam resesi. Sedangkan analis menilai boikot Uni Eropa terhadap energi Rusia akan menyebabkan harga energi yang lebih tinggi, merugikan konsumen yang sudah menghadapi rekor inflasi Uni Eropa sebesar 7,5 persen.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan Berlin telah memangkas ketergantungannya pada energi Rusia sejak invasi ke Ukraina. Impor minyak Rusia turun dari 35 menjadi 25 persen dan impor gas dari 55 menjadi 40 persen.

Meskipun sanksi ekonomi meluas terhadap bank dan individu Rusia, Uni Eropa terus mengirim sekitar 850 juta dolar AS per hari ke Rusia untuk minyak dan gas, bahkan ketika pemerintah Uni Eropa mengutuk perang di Ukraina. Sebanyak 27 negara Uni Eropa mendapatkan sekitar 40 persen dari gas alam mereka dari Rusia dan sekitar 25 persen dari minyak mereka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement