REPUBLIKA.CO.ID, GAZA–Pesawat-pesawat tempur Israel menyerang situs-situs militer milik gerakan Islam, Hamas, di Kota Khan Younis di Selatan daerah kantong pantai, Gaza, Selasa (19/4/2022) dini hari.
Dilaporkan bahwa pesawat tempur Israel melakukan tujuh serangan udara berturut-turut di situs Al Qadisiya dengan beberapa rudal berat, dan ledakan besar terdengar di seluruh area.
Setelah serangan Israel berakhir, ambulans dan kru pertahanan sipil bergegas ke tempat kejadian.
Warga di daerah itu berbagi gambar dan video pendek dari serangan Israel di akun media sosial mereka, yang menggambarkan kerusakan situs dan sekitarnya.
Sementara itu, Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan Islam, mengatakan dalam sebuah pernyataan pers kepada The New Arab bahwa gerilyawannya menembakkan rudal permukaan-ke-udara ke jet tempur Israel yang memaksa mereka untuk mundur.
Juru bicara Hamas di Gaza, Hazem Qassem, mengatakan serangan udara di Jalur Gaza Selatan adalah usaha yang gagal untuk mencegah rakyat Palestina melawan pendudukan dan mempertahankan kota Yerusalem dan Masjid Al Aqsa.
Serangan Israel itu merupakan tanggapan atas tembakan roket dari Jalur Gaza tadi malam, menurut Avichai Adraee, juru bicara tentara Israel.
“Jet tempur kami menyerang beberapa target Hamas, termasuk bengkel pembuatan senjata, dan lokasi militer brigade Al-Qassam,” kata Adraee dalam sebuah pernyataan pers dilansir dari The New Arab, Selasa (19/4/2022).
Adraee mencatat bahwa rudal Palestina dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome Israel. Baik Palestina maupun Israel tidak melaporkan adanya korban dari insiden tersebut. Namun, penduduk lokal di daerah kantong pantai yang terkepung khawatir tentang memburuknya situasi keamanan dan babak baru pertempuran dengan Israel.
Berbicara kepada The New Arab, Samah al-Ahmed, ibu dari empat anak, mengatakan, "Kami masih mengingat semua kenangan buruk yang kami alami dalam perang Israel terakhir di Gaza. Saya takut dan cemas untuk memulai persiapan perayaan Idul Fitri setelah beberapa hari," tambah ibu berusia 33 tahun itu.
Ahmed lebih lanjut berpendapat bahwa Israel tidak menunjukkan belas kasihan pada siapa pun dalam perangnya, dan tidak membedakan antara warga sipil dan militan ketika menyerang Gaza.