REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kota Bogor menargketkan capaian vaksin booster 50 persen hingga 25 April 2022. Di sisi lain, Bima Arya memahami, di lapangan ada dua isu yang menghambat pelaksanaan vaksin booster.
Pertama, dia menyebutkan, kekhawatiran vaksin booster menimbulkan efek sakit seperti demam. Dalam pelaksanaan vaksinasi booster untuk tenaga pendidik, dia pun meminta, agar kepala sekolah bisa menyampaikan kepada tenaga pendidik, sejauh ini booster aman.
“Tidak ada catatan kejadian pasca-vaksin ada yang sakit serius, semua berjalan normal saja, banyak orang malah tidak ada gejala, walaupun ada gejala namun cepat pulih, ini Insya Allah aman,” tegasnya, Selasa (19/4).
Kedua, dia meminta, disampaikan Fatwa MUI Nomor 15 Tahun 2021 tentang vaksin booster ketika puasa tidak membatalkan puasa dan tidak akan menimbulkan gejala yang dikhawatirkan. Sebaliknya, kondisi menunjukkan hal yang baik.
Dia pun memberikan, dua opsi kepada tenaga pendidik, pertama datang ke sentra-sentra vaksin di kelurahan terdekat. “Dan kedua jika ada permintaan khusus, Pemkot Bogor akan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk membuat sentra khusus dengan catatan harus ada peserta yang datang baik itu guru, tenaga pendidik dan juga siswa,” ujarnya.
Sementara itu, dari data Dinkes Kota Bogor, capaian vaksinasi ketiga atau booster Kota Bogor 12 hari menjelang Lebaran 2 Mei 2022, mencapai 227.858 orang atau 27,81 persen.
Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno mengatakan, saat ini Pemkot Bogor terus melakukan percepatan vaksin dosis kedua dan booster. “Ya sekitar 12 hari lagi kita kejar agar bisa mencapai 50 persen,” paparnya.
Kata dia, ada alasan vaksin booster harus mencapai 50 persen sebelum Lebaran nanti yaitu sesuai ketentuan pusat agar booster menjadi syarat mudik. Kedua, juga Kota Bogor yang nantinya sebagai wilayah tujuan mudik tentunya lebih aman bila vaksin booster masrayakatnya telah 50 persen.