REPUBLIKA.CO.ID,ISTANBUL -- Jubah yang dikenakan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam akan dipajang untuk pengunjung setelah dua tahun di masjid Hirka-i erif di Istanbul. Sebelumnya tempat tersebut ditutup karena pandemi.
Dilansir dari laman Daily Sabah pada Rabu (20/4), Jubah secara tradisional dipajang di depan umum setiap Ramadhan. Penjaganya telah merencanakan untuk melanjutkan pembatasan Ramadhan ini karena kekhawatiran tentang tingginya jumlah kasus virus corona pada Desember dan Januari. Akan tetapi, mereka sekarang telah mengumumkan bahwa orang-orang dapat datang untuk melihat jubah di Masjid Hırka-ı erif (Jubah Suci) mengingat penurunan tajam dalam jumlah kasus COVID-19.
Keturunan Uwais al-Qarni, Baris Samir mengatakan, jubah itu akan dibuka kepada pengunjung pada hari Jumat pukul 10.00 pagi dan akan tetap dipamerkan sepanjang bulan.
Uwais al-Qarni, seorang penduduk asli Yaman, melakukan perjalanan ke Madinah untuk melihat Nabi Muhammad pada abad ketujuh tetapi harus kembali ke Yaman karena penyakit ibunya tanpa melihat nabi. Terkesan dengan kisahnya tentang bakti ke orang tua, nabi menghadiahkan jubahnya kepada al-Qarni melalui para sahabat dan dia menerima pakaian itu di Yaman.
Kemudian al-Qarni meninggal sekitar 24 tahun setelah nabi dan berperang di tentara Muslim selama masa Khalifah Ali. Al-Qarni tidak memiliki anak dan peninggalan itu diturunkan kepada saudaranya dan masih dalam perlindungan keluarga yang sama.
Keluarga al-Qarni tinggal di Anatolia selatan selama berabad-abad. Namun, mereka kemudian bermigrasi ke Kuşadas di wilayah Aegea. Pada abad ke-17, Sultan Ottoman Ahmet I meminta mereka untuk membawa relik suci ke Istanbul. Setelah jubah dibawa ke Istanbul, dibuat dua kunci, satu untuk sultan dan satu untuk keluarga al-Qarni, untuk kotak terkunci tempat jubah itu dipajang.
Samir mengatakan, jubah itu akan dipajang hingga 29 April, satu hari sebelum malam Ramadhan Bayram, juga dikenal sebagai Idul Fitri. Dia mengatakan mereka hanya meminta pengunjung untuk berhati-hati terhadap Covid-19.
"Kami akan menerapkan beberapa pembatasan dan kami mengimbau pengunjung untuk mematuhinya," katanya.
Adapun Istanbul menampung sebagian besar peninggalan sucinya di Istana Topkap sejak penaklukan Sultan Selim atas Mesir pada abad ke-16. Di mana ia menyita barang-barang nabi yang saat itu berada dalam pengawasan kekhalifahan Mamluk, bersama dengan kendali kekhalifahan global umat Islam. Di antaranya adalah panji perang dari zaman kenabian, gigi nabi dan rambut dari janggut nabi serta sandal dan mangkok yang digunakannya.