REPUBLIKA.CO.ID,MULTAN--Para korban banjir di Pakistan memulai puasa Ramadhan pada Kamis (12/8) di tengah kekurangan makanan dan air bersih. Kondisi korban banjir yang menewaskan sekitar 1.600 orang dan dirasakan jutaan warga Pakistan semakin memburuk karena bantuan yang belum merata.
Sebuah kapal angkatan laut AS dengan 19 helikopter dan 1.000 marinir merapat ke pantai selatan negara tersebut dan penerbangan bantuan akan segera dimulai. PBB telah menyatakan darurat untuk bantuan internasional bagi Pakistan.
Kerusakan tanaman yang siap dipanen, jalan dan jembatan telah menyebabkan harga makanan untuk di beberapa bagian negara melonjak hingga tiga kali lipat. "Ramadhan atau bukan, kamu kelaparan," kata Mal Hakeema (50 tahun) yang duduk di samping suami yang sakit di sebuah tenda di luar kota Sukkur.
Sambil menunggui suaminya yang sedang sakit, ia mengatakan, puasa karena memang tidak banyak yang bisa dimakannya. Kendati pemuka agama Islam di wilayah itu menyatakan para korban boleh tidak berpuasa dan menggantinya pada hari lai di tahun ini, para korban tetap menjalankan ibadah puasa. "Saya tidak bisa tidak taat kepada Allah, jadi saya puasa karena merupakan bagian dari iman, tidak peduli apa pun kondisinya," kata Fazal Rabi (47 tahun) yang tinggal di sebuah desa tenda di Akbarpura.
Banjir melanda negeri ini lebih dari dua pekan lalu, dimulai di barat laut sebelum kemudian menyebar ke berbagai wilayah dan membanjiri ribuan desa. PBB memperkirakan sampai 7 juta orang membutuhkan bantuan darurat. Sementara setidaknya 15 juta merupakan korban banjir.
Pada Rabu (11/8), PBB mengucurkan 460 juta dolar untuk bantuan langsung, termasuk penampungan, makanan, air bersih, sanitasi dan perawatan medis. "Ini merupakan bencana besar," kata Kepala bantuan kemanusiaan PBB John Holmes.
Menteri Pertahanan Robert Gates mengatakan, kapal USS Peleliu telah berada di pantai dekat Karachi, yang turut membawa 1.000 marinir. Helikopter-helikopter akan membantu menyelamatkan orang-orang dan mendistribusikan makanan dan perlengkapan lainnya.