REPUBLIKA.CO.ID, RABAT--Menjelang masuk bulan Ramadhan, masyarakat Maroko disuguhi protes. Sekelompok pemuda melancarkan gerakan untuk diizinkan makan di depan publik saat bulan puasa. Lewat jejaring internet, mereka terus menggalang dukungan agar keinginannya tercapai.
Melalu laman facebook, mereka menggemakan slogan 'Puasa atau Tidak, Kami Semua Adalah Warga Maroko'. Kelompok ini menyatakan hanya ingin mendapatkan hak untuk tidak puasa dan bisa makan siang hari di depan publik saat bulan Ramadhan.
"Kami bukannya mau mendorong orang untuk tidak puasa, atau mencederai ajaran Islam, atau mengarahkan umat Islam untuk berpindah ke agama lain," kata penggagas kampanye tersebut, Naguib Shawki. Seperti dikutip situs Al Arabiya, dia mengungkapkan bahwa gerakannya digagas untuk memperjuangkan kemerdekaan pribadi.
Dia pun mengundang semua pihak untuk berdialog soal hak untuk makan di depan publik siang hari saat bulan Ramadhan. Shawki pun menolak dirinya disebut memprovokasi masyarakat. Lagi-lagi dia hanya menyatakan bahwa makan siang hari di depan publik saat bulan Ramadhan merupakan hak pribadi.
Kontan saja, gerakan ini mengundang reaksi keras. Seorang jurnalis Maroko, Hassan Haytami, menilai gerakan tersebut sebagai penodaan terhadap ajaran agama. Gerakan ini akan mengundang protes yang luas. Wartawan mingguan Al Misbah ini juga meyakini adanya agenda tersembunyi di balik gerakan tersebut.
Dengan penduduk mayoritas Muslim, Maroko memang melarang masyarakat untuk makan dan minum di depan publik siang hari saat bulan puasa. Mereka yang melanggar aturan itu akan dipenjara satu sampai enam bulan, atau denda antara 12 dirham (Rp 17 ribu) hingga 120 dirham (sekitar Rp 170 ribu).