REPUBLIKA.CO.ID, PARIS--Meski pemerintah Perancis bersikap keras dan menerapkan kebijakan ketat terhadap komunitas muslim di negara itu, semarak Ramadhan tidaklah kendur. Bahkan nuansa unik Ramadhan terjadi di negara itu.
Maklum saja, sebagian besar muslim Perancis merupakan imigran asal Afrika sehingga, Ramadhan di Perancis seolah menjadi masa nostalgia buat mereka. Pasalnya, hanya dibulan puasa saja, muslim Perancis bisa menikmati atmosfer khusyu seperti di negeri asal mereka.
Kota Aubervillier, Utara Perancis, 12 Agustus lalu begitu ramai disambangi muslim Perancis keturunan arab. Rupanya ditempat itu, mereka bisa memukan toko atau restoran dengan tampilan dan sajian khas Timur Tengah. Asma, seorang perempuan modis keturunan Tunisia tengah mengajak kliennya untuk berbelanja kurma, Chorba Frik, semacam sup khas Tunisa, dan maslsouka, cemilan khas negara itu.
"Setiap tahun memasuki bulan Ramadhan, saya selalu mempersiapkan bahan-bahan masakan tradisional tempat saya dilahirkan. Kami selalu memanfaatkan Ramadhan untuk melepas rindu dan bernostalgia dengan atmosfer ramadhan," kata Asma yang berusia 31 tahun kepada Xinhua.
Asma menuturkan meski dirinya tinggal jauh dari negeri kelahirannya ia selalu menjaga dan menampilkan identitasnya sebagai keturunan arab. Tak heran Asma begitu bahagia ketika melihat riuh rendah pasar selama bulan Ramadhan. "Saya seperti berada di rumah saya sendiri," kata dia.
Asma merupakan satu dari 5 juta muslim yang tinggal di Perancis. Seperti warga muslim lain di negara itu, Asma berada ditengah-tengah benturan budaya barat dan tradisional Islam. Berdasarkan studi yang dipublikasi tahun 2009, 70 persen muslim di Perancis mengaku berpuasa selama Ramadhan. Angka ini meningkat pesat 10 persen dibandingkan dua tahun lalu.
"Setiap tahun, kami menyambut Ramadhan dengan penuh kebahagiaan karena berpuasa sangat baik untuk kesehatan fisik dan mental," kata Khalid, seorang imigran asal Maroko "Kami akan berpuasa tanpa masalah namun hal yang memberatkan kami adalah jarak yang jauh dari kelurga, jauh dari negara dengan atmosfer ramadhan yang luar biasa," imbuhnya.
Pekerja pipa saluran air asal Maroko ini berencana untuk menjalankan ibadah puasa di negara asal, tapi rencana itu batal lantaran tingginya harga tiket. "Saya mencoba membuat suasana yang sama seperti rumah saya. Dengan begitu saya tidak merasa frustasi," kata dia.