Rabu 20 Apr 2022 12:52 WIB

Alasan Mengapa Perut Diistirahatkan Beberapa Jam Selama Ramadhan?

Ramadhan mengistirahatkan perut yang berkerja non setop di luar Ramadhan

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi: Suasana buka puasa bersama di Medan, Sumatera Utara. Ramadhan mengistirahatkan perut yang berkerja non setop di luar Ramadhan
Foto: Anadolu Agency
Ilustrasi: Suasana buka puasa bersama di Medan, Sumatera Utara. Ramadhan mengistirahatkan perut yang berkerja non setop di luar Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perut berposisi seperti pabrik yang memiliki banyak pekerja dan pelayan. Dalam diri manusia terdapat sejumlah perangkat yang memiliki hubungan dengannya. 

Pengibaratan ini disampaikan ulama dan pemikir asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi. “Jika nafsu tidak diistirahatkan sejenak di waktu siang selama satu bulan tertentu, dia akan membuat para pekerja dan pelayan tadi lupa terhadap ibadah mereka, membuat mereka sibuk dengan keinginannya, serta menjadikan mereka berada di bawah kendalinya,” kata Nursi dikutip dari bukunya yang berjudul “Misteri Puasa, Hemat, dan Syukur” terbitan Risalah Nur Press.

Baca Juga

Menurut Nursi, hal ini tentu akan membingungkan perangkat dan indra di atas serta mengacaukannya disebabkan oleh suara bising pabrik dan asapnya yang tebal. Semua pandangan akan tertuju padanya sehingga lupa kepada tugas mulia yang ada.

Karena itu, kata dia, banyak para wali yang saleh biasa melatih diri untuk makan dan minum sedikit guna naik ke tangga kesempurnaan.

Nah, dengan datangnya bulan Ramadhan, para pekerja itu sadar kalau mereka tidak dicipta untuk pabrik semata. Namun perangkat dan indra itu juga bisa merasakan sejumlah kenikmatan maknawi di bulan Ramadhan yang penuh berkah,” jelas Nursi.

“Mereka mengarahkan perhatian padanya sebagai ganti dari permainan yang terdapat di pabrik tadi,” lanjut dia.

Karena itu, tambah Nursi, Pada bulan Ramadhan kaum mukmin meraih berbagai cahaya, limpahan karunia, serta kenikmatan maknawi sesuai dengan tingkat dan derajatnya. 

Pada bulan yang penuh berkah tersebut terdapat banyak peningkatan dan limpahan karunia bagi kalbu, roh, akal, jiwa, serta berbagai perangkat halus manusia lainnya melalui puasa. “Meskipun perut menangis dan merintih, semua perangkat halus manusia tersenyum lepas,” kata Nursi.   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement