Rabu 20 Apr 2022 13:16 WIB

Rusia Kembali Minta Pasukan Ukraina di Mariupol Menyerah 

Pasukan Rusia telah mengepung kota Mariupol selama berminggu-minggu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia memperbarui seruannya kepada pasukan Ukraina yang tersisa di area pabrik baja Azovstal di kota Mariupol untuk menyerah dan meletakkan senjata mereka.
Foto: AP/Alexei Alexandrov
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia memperbarui seruannya kepada pasukan Ukraina yang tersisa di area pabrik baja Azovstal di kota Mariupol untuk menyerah dan meletakkan senjata mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia memperbarui seruannya kepada pasukan Ukraina yang tersisa di area pabrik baja Azovstal di kota Mariupol untuk menyerah dan meletakkan senjata mereka. Pasukan Rusia telah mengepung kota tersebut selama berminggu-minggu.

Kemenhan Rusia mengatakan mereka akan mengamati gencatan senjata di daerah Azovstal yang mulai berlaku pada Rabu (20/4/2022) tengah malam waktu Moskow. Menurut mereka, tidak ada satu pun tentara Ukraina yang menerima tawaran penyerahan seperti yang disampaikan pada Selasa (19/4/2022).

Baca Juga

“Pada pukul 22.00 waktu Moskow tanggal 19 April, tidak ada yang menggunakan koridor yang ditunjukan,” kata Kepala Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Federasi Rusia Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.

Rusia sebelumnya memang telah mengumumkan pihaknya membuka koridor kemanusiaan untuk menarik prajurit Ukraina dan milisi nasionalis yang secara sukarela meletakkan senjata mereka di Azovstal. “Kepemimpinan Rusia menjamin kepada semua orang yang meletakkan senjata mereka perlindungan hidup, keamanan penuh, penyediaan perawatan medis yang memenuhi syarat dan kepatuhan terhadap Konvensi Jenewa tentang perlakuan terhadap tawanan perang,” ujar Mizintsev.

Mizintsev mengatakan, jika komandan formasi bersenjata Ukraina menolak meletakkan senjata, Moskow meminta pemerintahan di Kiev menyerukan para militan agar mematuhi gencatan senjata untuk proses penarikan warga sipil di wilayah tersebut. Pabrik baja Azovstal merupakan benteng utama pasukan Ukraina di Mariupol. Di area tersebut terdapat pula warga sipil yang berlindung.

Pejabat-pejabat Ukraina sempat mengatakan bahwa Rusia menyerang pabrik baja Azovstal dengan menggunakan bom penghancur bunker. Rusia telah membombardir Mariupol selama berminggu-minggu. “Situasi di Mariupol sulit. Pertempuran sedang terjadi saat ini. Militer Rusia terus menerus memanggil unit tambahan untuk menyerbu kota,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina Oleksandr Motuzyanyk dalam konferensi pers yang disiarkan televisi akhir pekan lalu.

Jika Mariupol jatuh, ia akan menjadi kota terbesar pertama yang dikuasai Rusia sejak melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Menurut PBB, sejak pertempuran pecah, lebih dari 1.300 warga sipil di Ukraina terbunuh akibat serangan Rusia. PBB memperkirakan, jumlah kematian bisa lebih tinggi. Sementara itu warga Ukraina yang mengungsi ke negara-negara tetangga sudah menembus 5 juta orang.

Rusia dan Ukraina sudah beberapa kali melakukan negosiasi untuk mengakhiri pertempuran. Namun hingga kini proses itu belum membuahkan hasil.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement